Tuesday 27 October 2015

Fantastic Four

Score: 5.4/10
"Victor, stop! We are not gods, just people. And we are stronger together than we are apart." - Dr. Franklin Storm

Usai kesuksesan frachise X-men dengan reboot secara halusnya lewat X-Men: Days of Future Past tahun lalu, Marvel dari kubu Fox segera mereboot salah satu kelompok jagoannya yang dulu pernah bersinar, Fantastic Four. Mengangkat storyline yang jauh berbeda dengan versi orisinalnya yang dibuat oleh Stan Lee dan Jack Kirby, bahkan ada pergantian pemeran Johhny Storm yang dideskripsikan seorang kulit putih menjadi pemeran kulit hitam yang sempat menjadi kontroversi para fansnya. Sangat berbeda dengan versi sebelumnya, Fantastic Four garapan sutradara muda yang sebelumnya angkat nama lewat Chronicle, Josh Trank ini akan mengangkat kisah Fantastic Four jauh sebelum mereka saling mengenal satu sama lain.

Reed Richards (Teller) sudah lama mengimpikan perangkat teleportasi. Sahabatnya, Ben Grimm (Bell) membantunya merealisasikan hal tersebut sampai pekan ilmiah di sekolah mempertemukannya dengan Dr. Franklin Storm (Cathey) membawa Reed mendapatkan beasiswa di Baxter. Bekerjasama dengan Victor Von Doom (Kebbell), orang yang pertama kali membuat teori teleportasi yang sama dengan Reed, hanya saja Reed yang menyempurnakannya. Serta bergabungnya dua bersaudara Johhny (Jordan) dan Sue Storm (Mara), anak dari Dr.Franklin. Setelah mesin teleportasi selesai dibuat, Dr.Allen (Nelson) tidak mengijinkan Victor dan Reed sebagai kreator mencoba alat teleportasi tersebut yang menyebabkan Victor dan Reed marah dan mencoba alat itu tanpa sepengetahuan Dr.Franklin maupun Dr.Allen. Reed juga mengundang Ben, sahabat yang telah menemani Reed sejak kecil untuk mencoba alat tersebut. Maka berangkatlah Victor, Reed, Johnny dan Ben menuju dimensi baru. Sue yang mengetahui pelanggaran tersebut segera menuju alat pengendali, namun karena Victor membuat suatu kesalahan dengan energi dalam dimensi itu, sebuah kecelakaan besarpun terjadi yang malah membuat Victor tidak berhasil pulang kebumi. Bahkan Sue yang berada dalam ruang pengendalipun terkena efek energi tersebut. Kini, ketiga orang dan Sue yang selamat dalam kejadian tersebut mendapatkan kekuatan tak terduga dari energi dimensi lain tersebut.



Meski harus menyinggung jauh dari versi originalnya, bagian awal sudah dikemas dengan bagus meski terkadang pembawaannya masih terkesan membosankan dengan menyajikan teori-teori quantum yang sulit dimengerti penonton awam. Karena biasanya, film superhero kebanyakan tidak menggunakan teori-teori ilmiah dengan begitu rinci. Film ini justru lebih menyandang film bergenre Sci-fi ketimbang film superhero. Namun pondasi cerita yang memfokuskan Reed Richards sebagai center character dari film ini cukup menarik. Pertemuannya dengan Sue yang sudah banyak diketahui fans bahwa nantinya dua orang ini akan jatuh cinta dan berkeluarga juga cukup menarik. Pada bagian perkenalan, Toby Kebbell berhasil membangun citra karakter Victor sebagai Bad Guy, namun kecemburuannya dengan Reed entah kenapa dinilai kurang kuat disini. Ben Grimm atau Jamie Bell tidak banyak mengeluarkan ekspresi disini. Persahabatannya dengan Reed hancur dan kembali terbangun begitu saja tanpa alasan yang jelas, bagaimana The Thing memaafkan Reed yang kabur begitu saja dari pusat penelitian selama setahun lamanya tanpa kabar? Johnny Storm juga memiliki karakter yang jauh berbeda dengan Johnny versi sebelumnya, dalam versi kali ini, ia hanyalah anak nakal yang berIQ tinggi. Background masa lalu antara Karakter Sue dengan Victor dan Sue dengan Johnny pun tidak diceritakan dengan baik sehingga masa lalu mereka seperti mengambang begitusaja.



Scoring sudah cukup mengesankan. Yang menjadi sorotan utama disini adalah kurangnya efek CGI yang mempesona. The Thing masih terlihat seperti tempelan. Besarnya The Thingpun terkadang berubah-ubah, ditambah lagi penampilannya yang naked dinilai kurang keren. Dan scene saat Johnny menghancurkan pesawat tanpa awakpun adalah scene dengan CGI terburuk difilm ini. Toby Kebbell seharusnya sudah sangat baik memerankan karakter Victor Von Doom disini. Bahkan aura membunuhnya pun dinilai sangat kuat, begitu juga dengan pertarungan awal yang menyebabkan Fantastic Four terperangkap satu per satu. Namun sayang, desain karakter terlihat kurang mengintimidasi. Selain itu, kekuatannya yang luar biasa diawal sudah membuat penonton bertanya-tanya bagaimana cara Fantastic Four mengalahkannya, namun harus kecewa karena Dr,Doom dikalahkan begitu saja dan terlalu mudah, meski memang masuk akal, namun kalahnya Dr.Doom seperti ini menjadi Bad Ending untuk film ini. Ditambah lagi Ending markas Fantastic Four yang tidak terlihat seperti markas tenang dan eksklusif seperti film sebelumnya, malah hanya terlihat seperti tempat percobaan di Area 57 sebelumnya.


Anyway, dari banyaknya kritik negatif yang menghujam buruk Fantastic Four ini sehingga film tersebut flop dipasaran. Keputusan Fox untuk tetap meneruskan saga baru Fantastic Four ini dinilai cukup ekstrem. Mungkin film ini memang memiliki pondasi cerita yang bagus diawal dan mengecewakan diakhir. Minim adegan aksi layaknya film superhero kebanyakan mungkin menjadi faktor utama kegagalan film ini. Jika dilanjutkan ke sekuel pertamanya, Fantastic Four kali ini yang sepertinya mengusung tema agak kelam (tidak seperti kebanyakan film-film Marvel yang bertema cerah, dan banyak unsur komedinya juga) diharapkan agar dapat memperbaiki kisah akhir film pertamanya yang sangat mengecewakan, mungkin Dr. Doom bisa kembali disekuelnya dengan tampilan lebih menarik dan alur cerita superhero yang lebih menantang dengan akhir yang lebih bagus.

No comments:

Post a Comment