Sunday 29 November 2015

Ode to My Father

Score: 8.2/10
"Mak-soon, tetap fokus. Ini bukan taman bermain. Kita tidak pergi untuk bermain-main. Pegang erat tanganku." - Duk-soo.

Disutradarai oleh JK Youn dengan penulisan naskah oleh Soo-jin Park dengan judul GukChae Sijang. Film asal Korea yang mengambil setting mulai dari zaman perang hingga modern ini telah meraih beberapa penghargaan dalam Blue Dragon Film Awards, salah satunya adalah Best Supporting Actor, Best Art Direction dan Audience Choice Award. Wajar saja film ini menjadi film yang dipilih banyak penonton karena menuai banyak pesan moral positif yang sangat berlimpah didalamnya. Cerita yang tidak biasa dari seorang anak yang harus mempertaruhkan segalanya demi merawat keluarga karena terikat janji dengan sang ayah ini tentu saja menjadi sesuatu yang mungkin patut diteladani.

Pada zaman perang tahun 1950an di Korea, tepatnya pelabuhan Hungnam, para rakyat Korea berebut untuk menghindari zona perang dengan mendapatkan pertolongan dari kapal angkatan laut amerika. Yoon Duk-Soo kecil bersama dengan keluarganya juga terlibat dalam hal tersebut. Ia menggendong salah satu adiknya dalam perjalanan memanjat kapal tersebut. Namun secara tidak sengaja Adiknya tersebut terlepas dari pangkuannya. Sang Ayah mau tidak mau harus turun untuk mencari sang adik. Sebelum ia turun dari kapal, Ayah menyerahkan tugas tanggung jawab untuk merawat ibu dan adik-adiknya yang lain kepada Duk-soo jika sang ayah tidak kembali. Maka hari itu, Duk-soo pun telah kehilangan sosok ayah dan salah satu adiknya. Tahun demi tahun pun berlalu hingga Duk-Soo (Hwang Jeong-min) harus terlibat dalam masalah keuangan keluarga ketika ia merasa bertanggungjawab untuk menguliahkan adik-adiknya. Maka berangkatlah Duk-Soo berasama sahabatnya, Dal-gu (Oh Dal-su) menjadi pekerja tambang di Jerman. Disana, Duk-Soo bertemu dengan perempuan yang akan menjadi pujaan hatinya nanti, Youngja (Kim Yunjin). Perjalanan Duk-Soo pun tak hanya sampai disitu saja, masih banyak sekali rintangan dalam hidupnya sampai ia berhasil membahagiakan keluarganya nanti dan menepati janji kepada sang ayah.

Saturday 28 November 2015

Ex_Machina

Score: 7.4/10
"One day the AIs are going to look back on us the same way we look at fossil skeletons on the plains of Africa... an upright ape living in dust with crude language and tools, all set for extinction." - Nathan.

Proyek penyutradaraan pertama dari Alex Garland. Selain ditulis juga olehnya, Garland rupanya sudah menelurkan banyak naskah film-film keren seperti Dreed, dan 28 Days Later. Dalam debutnya sebagai sutradara ini, Garland mencoba membuat film yang minim cast mahal, namun memiliki arti pesan moral positif yang tinggi tentang suatu tes kecerdasan buatan yang benar-benar memiliki kesadaran layaknya manusia. Beruntungnya, cast yang terpilih ternyata bisa menjadi sorotan besar kedepannya mengingat Oscar Isaac akan bermain di franchise besar Star Wars dan Alicia Vikander bermain dalam The Man from U.N.C.L.E.
Caleb (Gleeson) memenangkan undian berhadiah untuk mengunjungi rumah pemilik perusahaan terkenal tempat ia bekerja, yakni Blue Book yang dimiliki oleh Nathan (Isaac). Nathan tinggal sendirian di daerah pegunungan. Dulunya, rumah tersebut didesain untuk tempat Fasilitas riset ilmiah yang hingga kini secara diam-diam Nathan gunakan untuk test percobaan Artificial Intelligence (AI) yang ia buat. Caleb terpilih sebagai orang luar pertama yang akan mengetes keperibadian Ava (Vikander). Dibalik itu semua, Nathan ternyata telah membuat beberapa AI yang sebenarnya sudah dinilai berhasil dalam segi kepribadian sebagai manusia. Ava yang belum pernah keluar dari ruangannya pun telah jatuh cinta pada Caleb, begitu pula sebaliknya, mereka berdua pun merancang rencana agar bisa kabur dari rumah Nathan yang telah mengurung Ava semenjak ia dihidupkan.

Monday 23 November 2015

The Man from U.N.C.L.E

Score: 7.5/10
"There are only two masters in this world: fear and pain." - Uncle Rudi

2015 adalah tahun maraknya film bertemakan agen mata-mata. Berbeda dengan film agen mata-mata lainnya yang rilis tahun ini, The Man from U.N.C.L.E yang diangkat dari serial televisi lawas ini tetap patuh pada latar waktu tahun 1960 dibandingkan menjadikannya latar dunia post-modern saat ini. Di sutradarai Guy Ricthie yang telah sukses dengan Sherlock Holmes-nya, tak lupa juga diperankan aktor yang sedang naik daun saat ini karena mengenakan jubah merahnya, Henry Cavill dan aktor yang menjadi ikon The Lone Ranger, Armie Hammer.

Solo (Cavill) adalah agen dari Amerika sedangkan Illya (Hammer) adalah agen Rusia. Mereka berdua bekerja sama untuk menemukan ayah dari Gaby, seorang ilmuan nuklir yang sedang menghilang. Gaby (Vikander) pun menjadi terlibat dalam aksi penyamaran demi mendapatkan kembali ahli nuklir yang diperebutkan antara Amerika dan Rusia ini. Solo dan Illya mau tidak mau bekerjasama sampai mereka menemukan ilmuan tersebut dan misi terakhir mereka masing-masing, yakni saling membunuh jika diperlukan untuk bisa mendapatkan data nuklir tersebut. Misi ini kemudian berujung pada Victoria (Debicki) yang melatar belakangi hilangnya ayah Gaby tersebut. Bahkan didalam perjalanan Solo, Illya dan Gaby pun mereka harus menemui masalah lainnya, yakni adanya pengkhianatan diantara mereka.

Saturday 21 November 2015

The Hunger Games: Mockingjay Part 2

Score: 8.0/10
"That's when I make a list in my head of every act of goodness I've seen someone do. It's like a game. Repetitive. Even a little tedious after more than twenty years. But there are much worse games to play." - Katniss Everdeen

Bermula pada ide kreatif Suzanne Collins menulis sebuah novel dengan tema permainan mematikan yang juga melibatkan revolusi sebuah negara yang membagi daerahnya menjadi 13 distrik ini, Panem. Akhirnya sampai kepada perealisasiannya mengikuti jejak Harry Potter dan Twilight pada 2012 lalu menjadi sebuah film layar lebar yang sukses disutradari oleh Gary Ross. Setelah itu, sekuel pertamanya pun mendapatkan respon lebih sukses lagi dari film pertama saat tampuk kepemimpinan produksi menjadi milik Francis Lawrence pada 2013 lalu hingga saat ini. Keputusan Lionsgate dan Francis Lawrence untuk tetap mengikuti storyline The Hunger Games pada novelnya mungkin dinilai kurang kreatif, namun imajinasi liar Francis Lawrence rupanya berhasil mengejutkan para fans The Girl on Fire ini puas akan hasil perealisasian live-action nya.

Katniss Everdeen (Lawrence) dari distrik 12. Merasa bertanggungjawab besar pada kondisi Peeta (Hutcherson) yang telah dicuci otak President Snow (Sutherland) hingga mengambil resiko ikut berperang di garis depan tanpa persetujuan pemimpin pemberontakan, President Alma Coin (Moore). President Snow rupanya sudah menjadikan lingkar luar Capitol City dengan banyak jebakan berbentuk Pod yang sudah siap untuk membunuh para pemberontak. Tidak hanya itu, bahkan area bawah tanah sudah terisi oleh para penjaga berbentuk Mutan. Bersama dengan Skuad 451 yang dipimpin oleh Boggs (Ali), Katniss dan teman-teman harus melewati berbagai rintangan yang disajikan President Snow layaknya sebuah arena Hunger Games. Finnick (Claflin) bahkan menyebutnya sebagai arena Hunger Games ke 76 karena semua aktifitas pemberontak direkam oleh kamera tersembunyi. Di markas distrik 13, Plutarch Heavensbee (Hoffman) dan Alma Coin rupanya sudah membuat berbagai rencana propaganda yang tentunya akan menggulingkan Snow dan menjadikan Alma Coin sebagai pemimpin baru yang akan mengambil alih pemerintahan Panem yang merdeka.

Sunday 15 November 2015

Assassination Classroom

Score: 7.5/10
"Seorang pembunuh yang percaya diri selalu memiliki rencana cadangan yang dapat mereka andalkan." - Koro Sensei

Jepang telah membuka industri perfilmnya menjadi sangat maju dengan berani mengambil langkah besar dengan membuat sebuah live-action dari manga-manga terkenal yang cukup terbilang mustahil dan sulit membawanya ke ranah live-action. Sebut saja Rurouni Kenshin yang terbilang cukup sukses tahun lalu. Di ikuti dengan Lupin III yang kurang memuaskan, lalu Parasyte atau Kiseijuu yang telah menuntaskan babak keduanya summer ini, diikuti dengan Attack On Titan yang dari segi dana produksi dan promosi yang paling gencar saat ini, telah menyelesaikan duologi film-nya yang mungkin membuat fans-nya kecewa besar. Sama seperti live-action jepang yang akhir-akhir ini membagi filmnya menjadi dua babak, Assassination Classroom atau yang di sebut 'Ansatsu Kyoshitsu' karangan Yusei Matsui ini baru saja memulai babak pertamanya. Di sutradarai oleh Eiichiro Hasumi, meski tidak mengusung CGI luar biasa ataupun setting tempat yang banyak, Assassination Classroom digadang akan menjadi film adaptasi manga live-action yang bukan hanya syarat akan komedi dan aksi, namun juga pesan pendidikan moral yang baik.

Seorang makhluk aneh yang berhasil menghancurkan bulan menjadi berbentuk sabit datang ke bumi dengan rencana melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada bulan. Setelah terlalu bosan dengan tentara bumi yang tidak bisa melawannya, ia memutuskan untuk menunda misinya sampai maret tahun depan dengan mengisi kekosongan waktunya menjadi guru di sebuah kelas yang dinamai kelas E. Kelas E adalah kelas terpencil yang ditempatkan disebuah gunung. Kelas ini juga bisa di sebut Kelas END yang artinya adalah yang terakhir, dimaksudkan untuk murid-murid kelas 3 SMP yang terbilang cukup bodoh untuk mengikuti pelajaran. Mendapatkan nama dari anak didiknya sendiri, Korosensei (Kazunari) membuat seluruh kelas E memiliki misi untuk bisa membunuhnya sebelum hari wisuda mereka tiba. Korosensei tentunya juga masih dalam penjagaan agen pemerintah yang mengurusnya, Tadaomi Karasuma (Shiina) yang juga ditemani guru cantik mantan pembunuh profesional yang sangat ingin membunuh makhluk gurita itu, Mrs. Irina (Ji-Young). Dapatkah murid-murid kelas E membunuh makhluk yang ingin menghancurkan bumi itu yang tidak lain adalah guru mereka sendiri?

Friday 13 November 2015

Parasyte Part 2

Score: 6.8/10
"Kami hanyalah makhluk lemah. Karena itu, jangan ganggu kami." Ryoko Tamiya.

Sudah banyak adaptasi manga yang sukses dijadikan film layar lebar. Terlebih lagi, biasanya film-film hasil adaptasi garapan studio negeri matahari terbit ini membagi storyline dari manga yang panjang tersebut menjadi dua bagian film. Setelah sukses dengan bagian pertama nya, Film yang disutradarai Takashi Yamazaki dan diangkat dari manga berjudul 'Kiseijuu' karya Hitoshi Iwaaki ini telah banyak menuai respon positif dari para kritikus Jepang. Hal itu tentunya menjadi jaminan tersendiri bahwa film yang juga rilis dengan nama 'Kiseijuu: Kanketsuhen' ini akan menjadi bagian akhir yang sangat dinanti-nanti, apalagi untuk para fans manga dan anime-nya.

Setelah Migi (Sadao Abe) tidak berhasil mengambil otak Shinichi Izumi (Shota Sometani), Migi belajar memahami karakteristik kehidupan manusia sebagai tangan kanan Shinichi. Demi membalaskan kematian ibunya dan temannya yang nyaris celaka karena ulah monster parasit, Shinichi memutuskan untuk membasmi para parasit tersebut dengan bantuan Migi. Ryoko Tamiya (Eri Fukatsu), seorang parasit yang melakukan percobaan pada perilaku Shinichi tersebut rupanya diam-diam mengawasi anak sma tersebut dengan bantuan Kuramori (Nao Omori) sebagai jurnalis yang diam-diam meliput sang Parasyte Hunter ini. Terlibatnya Kuramori ternyata menyebabkan dirinya harus kehilangan anak perempuannya yang dibunuh oleh suruhan Hirokawa (Kitamura Kazuki), walikota yang juga memimpin para parasit tersebut. Kuramori akhirnya menyimpan dendam pada Ryoko yang membuatnya terlibat dalam kasus ini dan menginginkan penggantinya dengan menyandera anak Ryoko. Ryoko yang justru sudah mulai mengerti apa arti hidup dalam arti kemanusiaan ternyata sudah terlanjur sangat menyayangi bayinya yang seorang manusia tersebut. Dilain tempat, Hirokawa mendapati dirinya diserang oleh tentara yang ingin memusnahkan parasit. Goto (Tadanobu Asano) adalah seorang parasit terkuat diantara parasit lainnya yang berniat menghancurkan umat manusia. Kini ia mengejar Migi dan Shinichi agar impiannya tersebut dapat terkabul. Berhasilkah kerjasama antara Migi dan Shinichi menyelamatkan bayi Ryoko dan mengalahkan Goto?

Friday 6 November 2015

Spectre

Score: 7.2/10
"You are a kite dancing in a hurricane, Mr Bond." - Mr.White

Tahun ini adalah tahunnya film bertema-kan mata-mata. Dibuka dengan Kingsman pada februari, dilanjutkan dengan perwakilan dari CIA, SPY yang bertemakan action-comedy, lalu franchise yang sudah terkenal dari perwakilan IMF, Mission Impossible. Di tambah dengan The Man from U.N.C.L.E, Hitman, Survivor dan Bridge of Spies. Agen kenamaan James Bond dari MI6 tampaknya akan menutup petualangan para mata-mata di tahun 2015 ini. Berangkat dari kesuksesan Sam Mendes yang berhasil mengangkat rating James Bond kembali naik lewat Skyfall nya tahun 2012 lalu membuatnya terpilih kembali menjadi sutradara untuk proyek terbarunya ini. Menggaet kembali aktor-aktor lamanya, Daniel Craig. Begitupula dengan karakter-karakter sentral baru yang perannya akan lebih signifikan disini, sebut saja Ralph Fiennes sebagai M yang baru dan Ben Whishaw sebagai Q. Spectre tidak lain juga akan membahas berbagai masalah yang ternyata sudah mulai ada dari film-film pendahulunya.

Berangkat dari pesan M (Judy Dench) yang sudah meninggal lewat insiden Skyfall, James Bond (Craig) melacak Marco Sciarra (Cremona) untuk mengetahui rencana besar organisasi yang dinamakan Spectre untuk memusnahkan mata-mata dan mengendalikan pengintaian dunia. Namun sayang, insiden di Meksiko yang dinilai terlalu berlebihan harus membuat Bond diskors. Kini ia mengintai tanpa bantuan MI6. Di lain tempat, C yang baru atau Max (Scott) menilai bahwa program agen 00 sudah tidak kondusif dan sangat primitif. Dengan teknologi pengintaian robot yang baru, C membuat proposal untuk menggabungkan semua organisasi mata-mata dalam program Nine Eyes-nya. Program tersebut mengizinkan siapapun bisa meretas organisasi-organisasi teroris secara bebas. James Bond kemudian sampai pada Madeleine Swann (Seydoux) yang kemudian menuntunnya menuju Oberhauser (Waltz), pimpinan Spectre yang tidak lain adalah saudara tiri Bond yang dikabarkan sudah meninggal bersama ayah angkat Bond. Tidak hanya itu, Bond juga harus terus mengintai dan juga harus terus berlari dari Assassin kiriman Oberhauser, Hinx (Bautista). Dibalik itu semua, Madeleine ternyata mengajak Bond untuk keluar dari organisasi mata-mata dan mencoba hidup aman dan tentram bersamanya.