Steven Quale kembali mengarahkan film dengan tingkat ketegangan yang tinggi setelah sukses menggarap Final Destination 5 tahun 2011 lalu. Berbeda dengan karya-karyanya sebelumnya, Into The Storm di kemas dengan gaya Foound-footage yang akan membuat penonton merasakan ketakutan, ketegangan dan rasa penasaran yang sama dengan para pemainnya. Tak lupa pula kelebihan gaya ini juga sangat cocok dengan tema film dengan genre nature disaster ini.
Pete (Walsh) adalah seorang peliput badai tornado. Sudah lama sekali ia tidak mendapatkan tornado yang sesuai dengan harapannya. Tak lupa pula ia di bantu oleh teman-temannya, Allison (Callies) ahli badai, dan para kru kameramen nya. Setelah akhirnya menemukan Tornado di daerah Silverton, mereka memburu tornado tersebut dengan harapan dapat merekam sang badai pada pusatnya. Di tempat yang sama, Dua bersaudara, Donnie (Deacon) dan Trey (Kress) sedang mendokumentasikan kegiatan sehari-harinya untuk proyek tabung yang akan di tanam dan di gali kembali pada 25 tahun mendatang di sekolahnya. Gary (Armitage) wakil kepala sekolah sekaligus ayah dari kedua anak itu memiliki relasi yang kurang baik dengan Donnie. Hal itu menyebabkan Donnie menjauh dari ayahnya. Saat tornado terjadi, Gary berusaha mencari Donnie yang terpisah jauh dengannya. Gary bertemu dengan tim Pete dan Allison untuk mencari Donnie sekaligus merekam badai tornado yang mengarah pada tempat dimana Donnie berada.
Di tulis oleh John Swetnam, film ini memadukan dua sampai tiga perspektif cerita, dimana apa saja yang orang-orang dapat lakukan saat dilanda musibah alam yang besar. Dari segi seorang dokumenter badai, tentunya ini adalah saat-saat yang paling dinanti oleh mereka. Lalu sudut pandang kedua ada pada Hubungan antara Ayah yang khawatir akan anaknya, dan yang terakhir, dari mata dua orang 'freak' yang tergila-gila dengan video yang dapat membuat mereka terkenal. Secara keseluruhan semua cerita memiliki benang merah dan pesan moral di dalamnya. Tidak hanya sekedar kejar-kejaran dengan badai, beberapa tindakan yang dapat di ambil saat tornado menyerang pun dapat menjadi pelajaran bagi para penontonnya yang masih awam dengan tornado.
Terlepas dari segi cerita, Akting dari jajaran cast nya mungkin kurang meyakinkan. Bagaimanapun juga, detik-detik terakhir dari Max Deacon dan Alycia Debnam Carey sebagai Kaitlyn dirasa kurang menyentuh. Yang ekspresinya cukup dominan disini adalah Richard Armitage sudah memberikan seluruh kemampuannya berperan sebagai orang tua yang sangat menyayangi anaknya. Sisa cast nya cukup baik memerankan perannya masing-masing, terutama dua orang penggila youtube. Karena di kemas dengan Found-Footage, setidaknya terdapat beberapa adegan yang kurang mencerminkan found-footage, pengambilan sisi dokumentasi dari banyak tempat di nilai sangat rapih, berbeda dengan found-footage pada umumnya. Last but not least, film ini tetap berhasil menghadirkan Badai Tornado yang mempesona, terutama rahasia di dalam pusat tornado.
Rate : 6.2/10
"25 years, it doesn't matter you know. I'll enjoy the time from now."
Pete (Walsh) adalah seorang peliput badai tornado. Sudah lama sekali ia tidak mendapatkan tornado yang sesuai dengan harapannya. Tak lupa pula ia di bantu oleh teman-temannya, Allison (Callies) ahli badai, dan para kru kameramen nya. Setelah akhirnya menemukan Tornado di daerah Silverton, mereka memburu tornado tersebut dengan harapan dapat merekam sang badai pada pusatnya. Di tempat yang sama, Dua bersaudara, Donnie (Deacon) dan Trey (Kress) sedang mendokumentasikan kegiatan sehari-harinya untuk proyek tabung yang akan di tanam dan di gali kembali pada 25 tahun mendatang di sekolahnya. Gary (Armitage) wakil kepala sekolah sekaligus ayah dari kedua anak itu memiliki relasi yang kurang baik dengan Donnie. Hal itu menyebabkan Donnie menjauh dari ayahnya. Saat tornado terjadi, Gary berusaha mencari Donnie yang terpisah jauh dengannya. Gary bertemu dengan tim Pete dan Allison untuk mencari Donnie sekaligus merekam badai tornado yang mengarah pada tempat dimana Donnie berada.
Di tulis oleh John Swetnam, film ini memadukan dua sampai tiga perspektif cerita, dimana apa saja yang orang-orang dapat lakukan saat dilanda musibah alam yang besar. Dari segi seorang dokumenter badai, tentunya ini adalah saat-saat yang paling dinanti oleh mereka. Lalu sudut pandang kedua ada pada Hubungan antara Ayah yang khawatir akan anaknya, dan yang terakhir, dari mata dua orang 'freak' yang tergila-gila dengan video yang dapat membuat mereka terkenal. Secara keseluruhan semua cerita memiliki benang merah dan pesan moral di dalamnya. Tidak hanya sekedar kejar-kejaran dengan badai, beberapa tindakan yang dapat di ambil saat tornado menyerang pun dapat menjadi pelajaran bagi para penontonnya yang masih awam dengan tornado.
Terlepas dari segi cerita, Akting dari jajaran cast nya mungkin kurang meyakinkan. Bagaimanapun juga, detik-detik terakhir dari Max Deacon dan Alycia Debnam Carey sebagai Kaitlyn dirasa kurang menyentuh. Yang ekspresinya cukup dominan disini adalah Richard Armitage sudah memberikan seluruh kemampuannya berperan sebagai orang tua yang sangat menyayangi anaknya. Sisa cast nya cukup baik memerankan perannya masing-masing, terutama dua orang penggila youtube. Karena di kemas dengan Found-Footage, setidaknya terdapat beberapa adegan yang kurang mencerminkan found-footage, pengambilan sisi dokumentasi dari banyak tempat di nilai sangat rapih, berbeda dengan found-footage pada umumnya. Last but not least, film ini tetap berhasil menghadirkan Badai Tornado yang mempesona, terutama rahasia di dalam pusat tornado.
Rate : 6.2/10
"25 years, it doesn't matter you know. I'll enjoy the time from now."
No comments:
Post a Comment