Score : 7.5/10
"Once the stiff, still the stiff." - Beatrice 'Tris' Prior
Alih tangan dari Neil Burger, Robert Schwentke memberikan nafas baru dengan banyaknya spesial efek yang memanjakan mata untuk film ini, yang tentu saja berimbas pada minimnya adegan drama dan di dominasi oleh action. Adaptasi sekaligus sekuel pertama dari novel "Divergent" karya Veronica Roth. Setidaknya, proyek Divergent series ini berhasil mendapat lampu hijau dari studio mereka untuk kemudian di selesaikan adaptasi layar lebar nya untuk dua tahun mendatang.
Berlanjut dari perlarian Tris (Woodley) dan Four/Tobias (James) yang kini menjadi buronan Erudite. Mereka berdua tidak memiliki rumah faksi tetap lagi, kini mereka bertualang mencari bantuan agar dapat meruntuhkan faksi Erudite pimpinan Jeanine (Winslet) yang berniat mengendalikan seluruh penduduk Chicago. Four kemudian bertemu dengan ibunya, Evelyn (Watts) yang memimpin para Factionless untuk memulai perang dan memberantas sistem pemerintahan Faksi. Di tempat lain, Jeanine berhasil menemukan kotak berisi informasi dari para pendiri Faksi terdahulu yang tersimpan dari rumah orang tua Tris di faksi Abnegation. Jeanine kemudian memburu Divergent yang ada guna membuka kotak yang terkunci oleh kelima simulasi Faksi. Sementara itu, Four dan Tris mulai mengumpulkan sekutu dimulai dari Candor, Dauntless dan Factionless yang bersedia meruntuhkan kekuasaan Jeanine di Erudite.
Tidak jauh berbeda dengan jalan cerita dalam novelnya, Robert Schwentke, Veronica Roth dan bersama pihak studio rupanya berimprovisasi pada proyek layar lebar Insurgent kali ini. Dengan di buangnya beberapa karakter yang kurang penting, juga tambahan kotak simulasi membuat storyline film ini lebih menarik, apalagi aksi Tris di dalam simulasi untuk membuka kotak dengan banyak spesial efek layaknya game-game dystopian future. Penambahan (atau mungkin pergantian) karakter Edgar yang di perankan Jonny Weston dengan di buangnya karakter Edward pada novel tidak cukup membawa perubahan yang besar. Akibat dari improvisasi storyline ini sayangnya juga menjadikan kematian Jeanine menjadi kurang menarik, begitu pula ambisi membunuh Tori dan kemenangan Evelyn terhadap Jeanine.
Kematian beberapa karakter penting di film ini kurang membuat efek sedih. Mungkin di karenakan sepanjang film hanya pergulatan karakter sentral yang di utamakan sehingga feel kematian Marlene, kesedihan Christina, serta hubungan persahabatan Tris dengan Lynn, juga aksi Uriah Pedrad yang juga seorang Divergent tidak tersampaikan dengan baik. Mungkin karakter lainnya yang berperan dan berhasil menjadi scene stealer disini ada pada Milles Teller sebagai Peter. Cukup di sayangkan juga untuk di akhir film tidak di ceritakan bahwa sang pemberi pesan bernama Edith Prior, keturunan Prior seperti Beatrice dan Caleb. Jika itu di jelaskan seperti pada novelnya, wajar saja jika kotak itu ada di kediaman prior.
Untuk yang belum mengerti tentang storyline awal, Baca ulasan installment pertamanya (DIVERGENT) disini >>> Divergent Movie Review by Infinity Review
"Once the stiff, still the stiff." - Beatrice 'Tris' Prior
Alih tangan dari Neil Burger, Robert Schwentke memberikan nafas baru dengan banyaknya spesial efek yang memanjakan mata untuk film ini, yang tentu saja berimbas pada minimnya adegan drama dan di dominasi oleh action. Adaptasi sekaligus sekuel pertama dari novel "Divergent" karya Veronica Roth. Setidaknya, proyek Divergent series ini berhasil mendapat lampu hijau dari studio mereka untuk kemudian di selesaikan adaptasi layar lebar nya untuk dua tahun mendatang.
Berlanjut dari perlarian Tris (Woodley) dan Four/Tobias (James) yang kini menjadi buronan Erudite. Mereka berdua tidak memiliki rumah faksi tetap lagi, kini mereka bertualang mencari bantuan agar dapat meruntuhkan faksi Erudite pimpinan Jeanine (Winslet) yang berniat mengendalikan seluruh penduduk Chicago. Four kemudian bertemu dengan ibunya, Evelyn (Watts) yang memimpin para Factionless untuk memulai perang dan memberantas sistem pemerintahan Faksi. Di tempat lain, Jeanine berhasil menemukan kotak berisi informasi dari para pendiri Faksi terdahulu yang tersimpan dari rumah orang tua Tris di faksi Abnegation. Jeanine kemudian memburu Divergent yang ada guna membuka kotak yang terkunci oleh kelima simulasi Faksi. Sementara itu, Four dan Tris mulai mengumpulkan sekutu dimulai dari Candor, Dauntless dan Factionless yang bersedia meruntuhkan kekuasaan Jeanine di Erudite.
Tidak jauh berbeda dengan jalan cerita dalam novelnya, Robert Schwentke, Veronica Roth dan bersama pihak studio rupanya berimprovisasi pada proyek layar lebar Insurgent kali ini. Dengan di buangnya beberapa karakter yang kurang penting, juga tambahan kotak simulasi membuat storyline film ini lebih menarik, apalagi aksi Tris di dalam simulasi untuk membuka kotak dengan banyak spesial efek layaknya game-game dystopian future. Penambahan (atau mungkin pergantian) karakter Edgar yang di perankan Jonny Weston dengan di buangnya karakter Edward pada novel tidak cukup membawa perubahan yang besar. Akibat dari improvisasi storyline ini sayangnya juga menjadikan kematian Jeanine menjadi kurang menarik, begitu pula ambisi membunuh Tori dan kemenangan Evelyn terhadap Jeanine.
Kematian beberapa karakter penting di film ini kurang membuat efek sedih. Mungkin di karenakan sepanjang film hanya pergulatan karakter sentral yang di utamakan sehingga feel kematian Marlene, kesedihan Christina, serta hubungan persahabatan Tris dengan Lynn, juga aksi Uriah Pedrad yang juga seorang Divergent tidak tersampaikan dengan baik. Mungkin karakter lainnya yang berperan dan berhasil menjadi scene stealer disini ada pada Milles Teller sebagai Peter. Cukup di sayangkan juga untuk di akhir film tidak di ceritakan bahwa sang pemberi pesan bernama Edith Prior, keturunan Prior seperti Beatrice dan Caleb. Jika itu di jelaskan seperti pada novelnya, wajar saja jika kotak itu ada di kediaman prior.
Untuk yang belum mengerti tentang storyline awal, Baca ulasan installment pertamanya (DIVERGENT) disini >>> Divergent Movie Review by Infinity Review
No comments:
Post a Comment