Score : 7.2/10
"I wish, more than anything..." - Baker's Wife
Menggabungkan beberapa dongeng terkenal dan mempertemukan mereka dalam satu film, belum lagi di kemas dengan dialog musikal, siapa lagi kalau bukan Disney yang bisa membuat kejutan ini. Rob Marshall ditunjuk untuk mengepalai proyek ini, di tambah dengan jajaran pemain yang tidak asing lagi dalam ranah perfilman hollywood.
Sepasang suami-istri yang bekerja sebagai Tukang Roti atau sebut saja Baker (Corden) dan Baker's wife (Blunt) sudah lama tidak di karuniai seorang anak yang mereka dambakan. Seorang penyihir/Witch (Streep) datang dan memberitahukan penyebab mereka di kutuk tidak mempunyai keturunan. Setelah itu, Witch meminta mereka untuk membawakan bahan-bahan dari obat penawar kutukan itu yang tidak lain adalah Sapi seputih susu, Jubah semerah darah, rambut sekuning jagung, dan sepatu semurni emas. Semua bahan itu dapat mereka dapatkan di dalam hutan. Bahan-bahan itu sendiri tidak lain adalah sapi milik Jack (Huttlestone) yang terkenal dengan legenda pohon kacang raksasa, Jubah merah Little Red Riding Hood (Crawford) dari dongeng anak jubah merah, nenek dan serigala, rambut kuning Rapunzel (Mauzy) dan sepatu emas Cinderella (Kendrick). Kini, Baker bersama istrinya berpetualang ke dalam hutan untuk mengumpulkan benda-benda tersebut.
Musikal yang tiada henti-hentinya dari awal hingga akhir. Film ini terasa bagaikan drama panggung karena memang based on the musical by Stephen Soundheim dan James Lapine. Ide cerita mempertemukan berbagai bintang utama karakter dari berbagai dongeng memang kreatif. Musik yang dihasilkan pun mudah di cerna berbagai kalangan.
Satu hal yang mengganggu saya disini adalah saat bahan rambut sekuning jagung ternyata bukan rambut milik Rapunzel karena bisa disentuh oleh Witch, Baker kemudian menggunakan rambut jagung sebagai penggantinya. Di sini saya merasa terganggu dengan ide rambut jagung sebagai penggantinya. Belum lagi festival cinderella yang berjalan selama tiga malam berturut-turut, alasan ia lari pada tengah malam pun kurang bagus untuk kisah Cinderella dan pangerannya. Terlepas dari itu semua, Untungnya scene Hutan yang berubah ternyata juga merubah beberapa storyline seperti pangeran cinderella berselingkuh dengan Baker's wife tidak mengganggu alur cerita bagian akhir.
"I wish, more than anything..." - Baker's Wife
Menggabungkan beberapa dongeng terkenal dan mempertemukan mereka dalam satu film, belum lagi di kemas dengan dialog musikal, siapa lagi kalau bukan Disney yang bisa membuat kejutan ini. Rob Marshall ditunjuk untuk mengepalai proyek ini, di tambah dengan jajaran pemain yang tidak asing lagi dalam ranah perfilman hollywood.
Sepasang suami-istri yang bekerja sebagai Tukang Roti atau sebut saja Baker (Corden) dan Baker's wife (Blunt) sudah lama tidak di karuniai seorang anak yang mereka dambakan. Seorang penyihir/Witch (Streep) datang dan memberitahukan penyebab mereka di kutuk tidak mempunyai keturunan. Setelah itu, Witch meminta mereka untuk membawakan bahan-bahan dari obat penawar kutukan itu yang tidak lain adalah Sapi seputih susu, Jubah semerah darah, rambut sekuning jagung, dan sepatu semurni emas. Semua bahan itu dapat mereka dapatkan di dalam hutan. Bahan-bahan itu sendiri tidak lain adalah sapi milik Jack (Huttlestone) yang terkenal dengan legenda pohon kacang raksasa, Jubah merah Little Red Riding Hood (Crawford) dari dongeng anak jubah merah, nenek dan serigala, rambut kuning Rapunzel (Mauzy) dan sepatu emas Cinderella (Kendrick). Kini, Baker bersama istrinya berpetualang ke dalam hutan untuk mengumpulkan benda-benda tersebut.
Musikal yang tiada henti-hentinya dari awal hingga akhir. Film ini terasa bagaikan drama panggung karena memang based on the musical by Stephen Soundheim dan James Lapine. Ide cerita mempertemukan berbagai bintang utama karakter dari berbagai dongeng memang kreatif. Musik yang dihasilkan pun mudah di cerna berbagai kalangan.
Satu hal yang mengganggu saya disini adalah saat bahan rambut sekuning jagung ternyata bukan rambut milik Rapunzel karena bisa disentuh oleh Witch, Baker kemudian menggunakan rambut jagung sebagai penggantinya. Di sini saya merasa terganggu dengan ide rambut jagung sebagai penggantinya. Belum lagi festival cinderella yang berjalan selama tiga malam berturut-turut, alasan ia lari pada tengah malam pun kurang bagus untuk kisah Cinderella dan pangerannya. Terlepas dari itu semua, Untungnya scene Hutan yang berubah ternyata juga merubah beberapa storyline seperti pangeran cinderella berselingkuh dengan Baker's wife tidak mengganggu alur cerita bagian akhir.
No comments:
Post a Comment