Disney merilis kembali sebuah film yang mengangkat tema dongeng anak-anak dari kisah putri tidur, namun kali ini dengan perspektif berbeda dari arah sang penyihir itu sendiri, Maleficent. Di bidani oleh sineas andalan yang namanya sudah di kenal menjadi visual effek dalam beberapa film besar (Hunger Games, Golden Compass) Robert Stromberg. Naskahnya sendiri gabungan adaptasi motion picture dari "Sleeping Beauty" dan "Little Briar Rose".
Di awali dari sebuah tempat bernama Moors, dimana makhluk-makhluk ajaib dapat hidup tentram dan damai. Hiduplah seorang peri kecil bernama Maleficent (Molloy), peri yatim piatu ini bertemu dengan seorang anak laki-laki manusia bernama Stefan (Higgins). Seiring pertemuannya dengan Stefan, Maleficent mendapati dirinya telah jatuh hati dengan stefan. Tahun demi tahun pun berlalu. Maleficent dewasa (Jolie) kini bertindak sebagai pelindung Moors dari serangan kerajaan yang ingin membinasakan makhluk-makhluk ajaib di hutan itu. King Henry (Cranham) memutuskan bahwa siapa yang dapat membunuh Maleficent, ia bisa menikahi putrinya dan meneruskan gelar sebagai Raja. Stefan (Copley) sangat antusias mendengar hal itu, namun karena tidak tega membunuh Maleficent, ia hanya mengambil sayapnya dan membuktikan pada raja bahwa ia telah membunuh Maleficent. Sang peri sangat marah karena stefan mencuri sayapnya untuk menduduki tahta kerajaan. Hal itu membuatnya menjadi peri hitam yang kelam. Maka disaat Stefan memiliki anak, Maleficent mengutuk anaknya untuk tertidur selamanya setelah usianya mencapai 16 tahun, hanya ciuman cinta sejati yang dapat membangunkannya.
Premis yang mudah tertebak meski cerita yang di sajikan belum pernah ada dalam film dongeng sleeping beauty pada umumnya. Angelina Jolie sukses memperlihatkan patah hatinya dan luapan emosi kemarahannya kepada king stefan, namun masih kurang pas dengan emosi kasih sayang nya kepada Aurora (Putri King Stefan). Elle Fanning memainkan peran seorang putri yang selalu gembira dan cantik yang membuat performanya lebih terlihat seperti main-main, namun hal itu sukses membius remaja pria yang melihatnya akan terpesona dengan pesona sang putri Aurora. Sedangkan Sharlto Copley sebagai King Stefan kurang terlihat keji, hanya terlihat seperti seorang ayah yang kebingungan karena kehilangan anaknya.
Selanjutnya, visual efek Moors yang di sajikan sungguh mempesona. Makhluk-makhluk ajaib, sungai, awan serta tanah tempat Maleficent tinggal akan memanjakan mata penonton dan merasakan kehangatan betapa damainya hidup disana, bahkan pada masa kelam tempat itu pun masih terlihat indah. Efek peperangan di awal film tidak terlalu bagus karena tidak terpusatnya perhatian pada tokoh utama, selain itu, strategi yang di gunakan juga kurang rapih. Scoring terlalu kelam meski beberapa scene memang bagus. Naga di akhir film menyerupai Smaug dalam trilogi Hobbit. Finally, bukan film yang buruk untuk hiburan fairy tale dari Disney seperti biasanya.
Rate : 7.4/10
"Royalty, Nobility, Gentry, How quaint. Even the rabble." - Maleficent
Di awali dari sebuah tempat bernama Moors, dimana makhluk-makhluk ajaib dapat hidup tentram dan damai. Hiduplah seorang peri kecil bernama Maleficent (Molloy), peri yatim piatu ini bertemu dengan seorang anak laki-laki manusia bernama Stefan (Higgins). Seiring pertemuannya dengan Stefan, Maleficent mendapati dirinya telah jatuh hati dengan stefan. Tahun demi tahun pun berlalu. Maleficent dewasa (Jolie) kini bertindak sebagai pelindung Moors dari serangan kerajaan yang ingin membinasakan makhluk-makhluk ajaib di hutan itu. King Henry (Cranham) memutuskan bahwa siapa yang dapat membunuh Maleficent, ia bisa menikahi putrinya dan meneruskan gelar sebagai Raja. Stefan (Copley) sangat antusias mendengar hal itu, namun karena tidak tega membunuh Maleficent, ia hanya mengambil sayapnya dan membuktikan pada raja bahwa ia telah membunuh Maleficent. Sang peri sangat marah karena stefan mencuri sayapnya untuk menduduki tahta kerajaan. Hal itu membuatnya menjadi peri hitam yang kelam. Maka disaat Stefan memiliki anak, Maleficent mengutuk anaknya untuk tertidur selamanya setelah usianya mencapai 16 tahun, hanya ciuman cinta sejati yang dapat membangunkannya.
Premis yang mudah tertebak meski cerita yang di sajikan belum pernah ada dalam film dongeng sleeping beauty pada umumnya. Angelina Jolie sukses memperlihatkan patah hatinya dan luapan emosi kemarahannya kepada king stefan, namun masih kurang pas dengan emosi kasih sayang nya kepada Aurora (Putri King Stefan). Elle Fanning memainkan peran seorang putri yang selalu gembira dan cantik yang membuat performanya lebih terlihat seperti main-main, namun hal itu sukses membius remaja pria yang melihatnya akan terpesona dengan pesona sang putri Aurora. Sedangkan Sharlto Copley sebagai King Stefan kurang terlihat keji, hanya terlihat seperti seorang ayah yang kebingungan karena kehilangan anaknya.
Selanjutnya, visual efek Moors yang di sajikan sungguh mempesona. Makhluk-makhluk ajaib, sungai, awan serta tanah tempat Maleficent tinggal akan memanjakan mata penonton dan merasakan kehangatan betapa damainya hidup disana, bahkan pada masa kelam tempat itu pun masih terlihat indah. Efek peperangan di awal film tidak terlalu bagus karena tidak terpusatnya perhatian pada tokoh utama, selain itu, strategi yang di gunakan juga kurang rapih. Scoring terlalu kelam meski beberapa scene memang bagus. Naga di akhir film menyerupai Smaug dalam trilogi Hobbit. Finally, bukan film yang buruk untuk hiburan fairy tale dari Disney seperti biasanya.
Rate : 7.4/10
"Royalty, Nobility, Gentry, How quaint. Even the rabble." - Maleficent
No comments:
Post a Comment