Tuesday 29 September 2015

San Andreas

Score: 7.0/10
"The Earth will literally crack and you will feel it on the East Coast." - Lawrence Hayes.

Brad Peyton kembali ke ranah layar lebar setelah dua tahun absen untuk menyutradarai TV Series. Kembali bekerja sama dengan Dwayne "The Rock" Johnson setelah kali terakhir bersama dalam proyek Journey 2: The Mysterious Island, kali ini Payton akan mengangkat film bertemakan Disaster dengan kerusakan yang masif layaknya 2012. Tak hanya itu pula, Peyton menggaet aktor kawakan Ioan Gruffudd yang terkenal sebagai Mr.Fantastic dalam Fantastic Four satu dekade silam sebagai ajang come-back nya ke dunia film blockbuster berbudget besar tahun ini.

Ray (Johnson) adalah seorang kru penyelamat yang terkenal sudah berhasil menyelamatkan banyak nyawa dari banyak kejadian. Kali ini bertepatan dengan dengan kembalinya gempa tektonik besar yang di sebabkan oleh retakan San Andreas, ia harus menyelamatkan istrinya, Emma (Gugino) dan anak perempuannya, Blake (Daddario) dari bencana alam tersebut. Belum lagi, hubungan Ray dengan Emma yang kian retak, pindahnya Emma bersama dengan Blake mengikuti Daniel Riddick (Gruffudd) pacar Emma yang baru mau tidak mau membuat hati Ray sedikit terpuruk. Di tempat lain, Professor Lawrence (Giamatti) berhasil memprediksikan gempa berkekuatan besar yang akan terus membesar sampai berujung pada retakan San Andreas di San Francisco, tempat dimana Blake saat itu berada. Di tengah kekacauan itu, Blake berkenalan dengan dua bersaudara, Ben (Johnstone) dan Ollie (Parkinson) yang ternyata sempat menyelamatkan hidup Blake. Ben kemudian mengikuti saran Blake untuk menunggu sang ayah menjemput mereka di tengah-tengah bencana besar tersebut. Professor Lawrence juga berusaha memperingati seluruh masyarakat akan adanya gempa susulan, termasuk tsunami besar. Ray kini harus berjuang menyelamatkan anak satu-satunya. Ia tidak mau kejadian tragis yagn pernah Ray alami sebelumnya terjadi kembali pada anaknya yang satu ini.




Bermodalkan CGI dengan kerusakan yang masif nan dramatis. Tidak bisa di pungkiri bahwa film ini cukup menghibur dari segi visualisasi film. Namun aspek untuk membawa rasa iba kepada penonton rupanya masih kurang di visualisasikan. Background bencana hanya memperlihatkan kecanggihan CGI dalam memproyeksikan gedung runtuh, tsunami dan akibat dari gempa-gempa tersebut sedangkan 'rasa' dari kengerian bencana kurang tersampaikan pada penonton yang mengakibatkan penonton hanya terhibur lewat suguhan CGI-nya saja. Di balik itu, akting sekelas dengan Dwayne Johnson dan Daddario cukup bagus meski chemistry ayah-anak antara mereka kurang bagus dilihat dari minimnya mereka bermain bersama.

 

Storyline kurang bagus dan cenderung agak di paksakan. Begitu pula dengan beberapa adegan aksi yang di beberapa tempat hanya bagus pada permulaan film saja. Seperti pada ketegangan saat menyelamatkan seorang perempuan dalam kecelakaan mobil, lalu kecerdikkan Ben saat menyelamatkan Blake dalam reruntuhan di mobil, juga Dr.Kim yang melempar seorang anak pada Lawrence untuk diselamatkan. Ketegangan dan kecerdikkan pada scene-scene di atas tidak diterapkan pada scene-scene paruh akhir film yang dimana membuat tensi film ini dari awal sampai akhir malah kian menurun.

 

Finally, film ini mungkin memang kurang baik jika dinilai dari segi ketegangan. Namun bagi penonton yang mengharapkan sajian aksi disaster yang benar-benar hebat dan berdampak luas, juga jualan keilmuan Science yang dijual lewat tesis-tesis Prof.Lawrence, film ini cukup bagus dan layak masuk ke daftar box office summer yang terbilang cukup sukses dari segi pendapatan.


No comments:

Post a Comment