Wednesday 9 September 2015

Maze Runner: The Scorch Trials

Score: 7.5/10
"I'm tired to running" - Thomas

Salah satu dari film young adult post apocalyptic tahun ini yang di adaptasi dari buku serial Maze Runner karya James Dashner. Menggaet kembali kru spesial di film pertamanya, Wes Ball membawa film kedua ini jauh melenceng dari alur cerita novelnya. Meski begitu, bergabungnya para jajaran artis baru berkualitas seperti Aidan Gillen, Rosa Salazar, Nathalie Emmanuel dan Katherine McNamara di nilai sebuah langkah yang cukup bagus meski di film sebelumnya kebanyakan hanya menggaet pemain pendatang baru. Mengusung judul Maze Runner: The Scorch Trials, Wes Ball membawa film ini agar memiliki alur yang lebih teratur untuk persiapan film ketiganya yang di gadang akan kembali pada tracknya. Hasil rombakan ini juga tentunya sudah di setujui dan di bantu oleh Dashner sebagai sang original creator.

Melanjuti ending di film pertamanya, Thomas (Brien) dan para glader yang berhasil selamat di asingkan menuju sebuah bunker keamanan yang di kelola oleh WCKD. Thomas yang masih bingung akan tugas dan cara kerja WCKD yang cenderung terlalu tak beralasan untuk menemukan obat penyembuh dari penyakit Flare memutuskan untuk merencanakan pelarian dan menemui grup Right Arms yang konon menyediakan keselamatan bagi anak-anak kebal Flare seperti mereka. Pelarian mereka pun bermula dengan aksi kejar-kejaran di dengan Crank (manusia yang terkena virus Flare-berbentuk dan bersifat seperti zombie). WCKD pun tidak menyerah untuk menemukan Gladers yang membangkang itu dengan menyusuri area The Scorch, tempat dimana Thomas berpetualang untuk mencapai gunung dan menemukan Right Arms. Di tengah perjalanan, ia bergabung dengan grup manusia yang bertahan dari virus Flare yang di pimpin oleh Jorge (Esposito) hingga Thomas sempat tersesat berdua dalam lorong bawah tanah bersama dengan Brenda (Salazar). Reuni antara Aris (Lofland) dengan Harriet (Emmanuel) dan Sonya (McNamara) dari grup B terjadi ketika mereka berhasil menemukan Right Arms. Lalu, apa gerakan Thomas selanjutnya mengingat salah satu temannya berkhianat dan di culik kembali oleh WCKD?




Permulaan film di isi dengan mimpi Thomas tentang masa lalunya, bagaimana ketika sang ibu memberikan Thomas kepada WCKD untuk di teliti mengapa ia bisa kebal dan membuat penawar virus Flare. Di lanjutkan dengan masa-masa tenang pengenalan lebih dekat tentang bunker dan karakter WCKD, Janson (Gillen) menimbulkan lebih banyak tanda tanya yang akhirnya menuntun Thomas untuk kabur dari fasilitas ini. Rombakan alur ini di nilai sangat ekstrem dan jauh berbeda dengan apa yang tertuang pada novelnya mengingat film pertama sudah sangat setia pada versi originalnya. Tensi penonton terus di buat naik di mulai dari Thomas berlari menuju pintu yang ingin tertutup, adegan ini mungkin akan mengingatkan kita dengan pengalaman berlari Thomas di dalam labirin. Setelah itu, datanglah saat-saat dimana film ini menjadi bernuansa horor.


Audience akan di kejutkan dengan berbagai kejutan di dalam kegelapan, di mulai dari Crank yang tertidur, boneka seram, sampai aksi kejar-kejaran dengan Crank yang di lakukan di sebuah mall terlantar di malam hari. Berlanjut ke perjalanan di bawah terik matahari, The Scorch Trials di nilai telah menghilangkan rasa kengerian sinar matahari yang seharusnya menyengat tubuh, membuat Gladers terasa sangat kelelahan dan kehausan, tak bertenaga. Karena itulah seharusnya jualan novelnya pada kisah original, sebab mengapa daerah itu dinamakan The Scorch. Perjalanan di bawah terik ini terlihat seperti perjalanan biasa saja dengan durasi yang tak panjang, tanpa memperlihatkan kesulitan masing-masing karakter dalam menghadapinya (meskipun ada scene dimana Minho minum persediaan airnya yang ternyata habis, juga saat mereka bersusah payah menggotong Winston yang terluka, namun itu dirasa kurang 'mengena'). Namun berhasil di perbaiki dengan kematian karakter Winston yang harus meninggalkan teman-temannya dengan feel pemain yang lumayan baik.


Aksi terus naik ketika petualangan Thomas dengan Brenda di mulai. Lagi-lagi nuansa horor di sajikan lewat pertemuan mereka dengan Crank di bawah tanah (saluran air) sampai kepada gedung miring yang nyaris jatuh. Pun begitu, meskipun Dylan dan Rosa bermain dengan akting yang bagus, saya tidak melihat adanya feel romansa di antara mereka berdua, mereka hanya seperti layaknya teman biasa. Bahkan kiss scene di tempat Marcus dimana seharusnya Brenda merasa kecewa karena Thomas menolaknya pun terasa hambar. Meski di dalam novelnya di ceritakan bahwa Thomas memiliki kedekatan yang intense dengan Teresa dari awal mereka di labirin, namun chemistry itu tidak di bangun dalam film Maze Runner yang sebelumnya sehingga membuat Wes Ball mau tidak mau seperti memaksakan 'kepedulian' Thomas pada Teresa di mulai dari awal film ini.

Minho yang seharusnya diceritakan memiliki jiwa pemimpin disini hanya seperti seorang penjaga teman-temannya. Meski tubuhnya yang terlihat semakin kekar, namun sisi kepemimpinannya yang nyaris menyaingi Thomas tidak di perlihatkan dalam film ini. Newt di perankan dengan baik oleh Thomas Brodie-Sangster. Di antara semua karakter itu, lagi-lagi harus di kecewakan dengan tampilan karakter Brenda. Meskipun di perankan dengan bagus oleh Rosa Salazar, namun apa yang di visualisasikan dalam novel berbeda jauh dengan versi layar lebar ini. Brenda dalam novel di gambarkan dengan seorang perempuan yang cantik dan berambut panjang, kecantikannya memang sempat membuat Thomas tertarik dan berhasil menyaingi Teresa. Actually, Rosa sudah cukup cantik menjadi seorang Brenda, namun kenapa mereka membuatnya berambut pendek yang malah mengurangi sex appealnya? Mungkin satu-satunya wanita tercantik disini adalah karakter Sonya yang di mainkan oleh Katherine McNamara. Mungkin saya hanya bisa mengatakan bahwa dari segi penampilan fisik, tukarkan saja karakter Sonya dengan Brenda, maka para fans Maze Runner pun mungkin akan sangat puas dengan hal itu.

Dari segi make up dan visualisasi karakter Crank, patut di acungi jempol untuk Ken Barthemeley. Crank yang sangat mirip dengan zombie dalam film-film apocalypse lainnya itu cukup memiliki penampilan yang mengintimidasi dan menakutkan. Kadang saya juga berpikir bahwa seharusnya Wes Ball mungkin lebih cocok menyutradarai film-film bernuansa horror. Scoring yang mumpuni juga membuat penonton bertanya-tanya akan kemunculan Crank yang bisa muncul dari mana saja di dalam kegelapan. Yang sangat disayangkan adalah paruh akhir film. Meski memuat banyak twist untuk installment berikutnya, adegan aksi di paruh akhir dinilai kurang menegangkan yang malah membuat tensi animo penonton justru turun. Paruh akhir film ini juga sepertinya sedikit menyenggol The Death Cure yang kabar terakhirnya akan dirilis Februari 2017 mendatang. Meski begitu, The Scorch Trials tetap tidak bisa di katakan gagal meski mungkin akan sedikit mengecewakan untuk para fans novelnya. Dan bagaimanapun juga, WCKD is Good.


No comments:

Post a Comment