Wednesday, 16 September 2015

Everest

Score: 8.0/10
"I have kids. If they see that a regular guy can follow impossible dreams, maybe they’ll do the same." - Doug Hansen

Di bintangi para aktor papan atas sudah menjadi jaminan kesuksesan film ini baik dari segi komersil maupun kualitas akting. Sedangkan sineas peraih Best Foreign Language di ajang Oscar 2013 lewat The Deep, Baltasar Kormakur juga turut meramaikan jajaran crew sebagai sutradara sekaligus produser disini. Film ini di adaptasi langsung dari novel berjudul Into Thin Air karangan Jon Krakauer, seorang jurnalis majalah Outside yang mendokumentasikan langsung pengalaman tragisnya mendaki puncak tertinggi gunung tersebut ditengah badai bencana besar yang datang pada tahun 1996 silam. Alih-alih 8 orang yang dilaporkan tewas dalam bencana tersebut, film ini hanya mengangkat 4 orang karakter penting yang disorot tewas. Terlebih lagi, film ini juga menyajikan drama dan intrik yang ketat antara sesama pendaki melawan keganasan alam pegunungan yang tiada ampun tersebut.

Rob Hall (Clarke) memimpin pendakian grup Consultant Adventure ke puncak gunung paling tinggi di dunia, Everest. Meninggalkan istrinya, Jan (Knightley) yang sedang mengandung menjadi janji besar Rob Hall untuk bisa pulang dan kembali melihat anaknya. Beck Weathers (Brolin) adalah seorang yang terkenal yang berpengaruh pada amerika memutuskan bergabung mendaki gunung ini menggunakan jasa Rob. Begitu pula seorang jurnalis Jon Krauker (Kelly) dan seorang pengantar surat Doug Hansen (Hawkes) yang kembali untuk kedua kalinya memegang janji pada anak-anak SD untuk menjadi panutan bahwa orang biasa dan kecil seperti dirinya tidak takut memiliki mimpi yang tinggi untuk di gapai. Banyaknya para pendaki tahun itu membuat Rob juga harus bekerja sama dengan pemimpin grup sebelah, Scott Fischer (Gyllenhaal). Penuh dengan adrenalin yang tinggi, pendakian ini kian memburuk ketika awan gelap, badai es dan longsor gletser menghujam para pendaki saat mereka hendak turun gunung. Kerja sama tim sangat di butuhkan di saat seperti ini. Rob harus memutuskan berbagai keputusan dan ide spontan untuk bisa membawa tim nya turun dalam keadaan aman dan selamat.




Harus diakui, adaptasi novel dan kisah bencana asli ini sangat natural. Alur dan pembawaan terasa jujur tanpa menambahkan embel-embel fiksi untuk jualan film nya. Awal film menjadi sebuah prolog perkenalan para tokoh, termasuk chemistry Jason Clarke dengan Keira Knightly yang berperan sebagai istrinya yang tentu saja terlihat professional dari segi akting. Kemudian berlanjut ke karakter Beck Weathers yang mungkin akan terlihat sedikit sombong dan angkuh di awal film. Termasuk Doug Hansen dari kalangan orang biasa yang rupanya pernah mendaki Everest meski belum mencapai puncaknya. Kronologi di ceritakan dengan rapi, termasuk penjelasan-penjelasan ringkas mengenai penyakit dan bahaya yang bisa terjadi dalam serangkaian proses pendakian. Pemanasan pendakian mulai dari base camp hingga camp 2 dan 3 pun juga tidak bisa di remehkan. Beck yang hampir jatuh saat menyeberangi tangga pun juga terbilang cukup menarik sekaligus membuka ketegangan paruh awal film.


Di lanjutkan dengan aksi dimulainya pendakian sesungguhnya pada tanggal 10 mei, mulai terlihat rintangan tak kasat mata yang di alami satu per satu anggota tim. Namun tentunya itu tidak membuat tokoh utama Beck dan Doug menyerah untuk mencapai puncak tersebut. Akting Gyllenhaal juga cukup baik memerankan pendaki yang memiliki sifat ekstrem, lihai, santai juga serius. Di tambah lagi drama antara Rob dengan istrinya yang terus berkomunikasi lewat telepon satelit juga menambah nilai jual film yang tidak hanya menyajikan unsur disaster-action ini.


Perlu di ketahui juga bahwa Baltasar meminimalisir efek CGI dengan mengunjungi berbagai gunung untuk medan tempur syutingnya. Termasuk jajaran kru dan pemainnya yang mau tidak mau harus berlatih mendaki di berbagai tempat ekstrem juga sebelum terjun langsung ke gunung tersebut. Salah satu lokasi gunung yang menjadi tempat syuting dengan latar belakang gunung Everest itu sendiri adalah pegunungan Otztal Alps yang bertempat di Italia. Selain itu, proses pengambilan gambar juga di lakukan di Namche Bazaar di Nepal sampai pada Base Camp Everest. Menurut tuturan informasi lainnya, bencana terbesar yang terjadi di Everest yang mengakibatkan 16 orang tewas pada 2014 lalu juga terjadi saat syuting film ini berlangsung. Untungnya, pada saat bencana tersebut terjadi, para kru sedang tidak berada di dekat lokasi bencana tersebut sehingga tidak menimbulkan korban jiwa.


Dari segi scoring sudah sangat mencekam dengan suara angin dan komposing musik nan menegangkan. Di tambah lagi transisi suara pegunungan berganti sunyi ketika masuk kembali ke scene lingkungan rumah Jan pada malam hari yang membuat suasana menjadi terkesan lebih dramatis. Efek CGI angin, tebing dan kengerian maupun keindahan sinar mentari Everest juga tidak kalah indahnya akan mengguncang hati penonton di paruh akhir film yang menurut saya tentu saja tergolong pada Sad Ending. Finally, film ini juga menceritakan dan menjelaskan apa tujuan para pendaki, mengapa mereka harus menghabiskan banyak uang dan tenaga hanya untuk mendaki sebuah gunung, semua memiliki alasan masing-masing. Untuk para penonton yang juga menyukai dunia pendakian, tentu saja mereka akan terpuaskan dengan aksi menantang nan natural dari film tersebut. Untuk para penonton awam, anda akan di perkenalkan dengan dunia pendakian, memahami alasan mereka untuk mendaki, juga mempelajari betapa kerasnya perjuangan dan betapa di butuhkan nya kerjasama tim untuk mencapai tujuan yang sama. Puncak Everest.


No comments:

Post a Comment