Score: 7.5/10
"Seorang pembunuh yang percaya diri selalu memiliki rencana cadangan yang dapat mereka andalkan." - Koro Sensei
Jepang telah membuka industri perfilmnya menjadi sangat maju dengan berani mengambil langkah besar dengan membuat sebuah live-action dari manga-manga terkenal yang cukup terbilang mustahil dan sulit membawanya ke ranah live-action. Sebut saja Rurouni Kenshin yang terbilang cukup sukses tahun lalu. Di ikuti dengan Lupin III yang kurang memuaskan, lalu Parasyte atau Kiseijuu yang telah menuntaskan babak keduanya summer ini, diikuti dengan Attack On Titan yang dari segi dana produksi dan promosi yang paling gencar saat ini, telah menyelesaikan duologi film-nya yang mungkin membuat fans-nya kecewa besar. Sama seperti live-action jepang yang akhir-akhir ini membagi filmnya menjadi dua babak, Assassination Classroom atau yang di sebut 'Ansatsu Kyoshitsu' karangan Yusei Matsui ini baru saja memulai babak pertamanya. Di sutradarai oleh Eiichiro Hasumi, meski tidak mengusung CGI luar biasa ataupun setting tempat yang banyak, Assassination Classroom digadang akan menjadi film adaptasi manga live-action yang bukan hanya syarat akan komedi dan aksi, namun juga pesan pendidikan moral yang baik.
Seorang makhluk aneh yang berhasil menghancurkan bulan menjadi berbentuk sabit datang ke bumi dengan rencana melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada bulan. Setelah terlalu bosan dengan tentara bumi yang tidak bisa melawannya, ia memutuskan untuk menunda misinya sampai maret tahun depan dengan mengisi kekosongan waktunya menjadi guru di sebuah kelas yang dinamai kelas E. Kelas E adalah kelas terpencil yang ditempatkan disebuah gunung. Kelas ini juga bisa di sebut Kelas END yang artinya adalah yang terakhir, dimaksudkan untuk murid-murid kelas 3 SMP yang terbilang cukup bodoh untuk mengikuti pelajaran. Mendapatkan nama dari anak didiknya sendiri, Korosensei (Kazunari) membuat seluruh kelas E memiliki misi untuk bisa membunuhnya sebelum hari wisuda mereka tiba. Korosensei tentunya juga masih dalam penjagaan agen pemerintah yang mengurusnya, Tadaomi Karasuma (Shiina) yang juga ditemani guru cantik mantan pembunuh profesional yang sangat ingin membunuh makhluk gurita itu, Mrs. Irina (Ji-Young). Dapatkah murid-murid kelas E membunuh makhluk yang ingin menghancurkan bumi itu yang tidak lain adalah guru mereka sendiri?
"Seorang pembunuh yang percaya diri selalu memiliki rencana cadangan yang dapat mereka andalkan." - Koro Sensei
Jepang telah membuka industri perfilmnya menjadi sangat maju dengan berani mengambil langkah besar dengan membuat sebuah live-action dari manga-manga terkenal yang cukup terbilang mustahil dan sulit membawanya ke ranah live-action. Sebut saja Rurouni Kenshin yang terbilang cukup sukses tahun lalu. Di ikuti dengan Lupin III yang kurang memuaskan, lalu Parasyte atau Kiseijuu yang telah menuntaskan babak keduanya summer ini, diikuti dengan Attack On Titan yang dari segi dana produksi dan promosi yang paling gencar saat ini, telah menyelesaikan duologi film-nya yang mungkin membuat fans-nya kecewa besar. Sama seperti live-action jepang yang akhir-akhir ini membagi filmnya menjadi dua babak, Assassination Classroom atau yang di sebut 'Ansatsu Kyoshitsu' karangan Yusei Matsui ini baru saja memulai babak pertamanya. Di sutradarai oleh Eiichiro Hasumi, meski tidak mengusung CGI luar biasa ataupun setting tempat yang banyak, Assassination Classroom digadang akan menjadi film adaptasi manga live-action yang bukan hanya syarat akan komedi dan aksi, namun juga pesan pendidikan moral yang baik.
Seorang makhluk aneh yang berhasil menghancurkan bulan menjadi berbentuk sabit datang ke bumi dengan rencana melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada bulan. Setelah terlalu bosan dengan tentara bumi yang tidak bisa melawannya, ia memutuskan untuk menunda misinya sampai maret tahun depan dengan mengisi kekosongan waktunya menjadi guru di sebuah kelas yang dinamai kelas E. Kelas E adalah kelas terpencil yang ditempatkan disebuah gunung. Kelas ini juga bisa di sebut Kelas END yang artinya adalah yang terakhir, dimaksudkan untuk murid-murid kelas 3 SMP yang terbilang cukup bodoh untuk mengikuti pelajaran. Mendapatkan nama dari anak didiknya sendiri, Korosensei (Kazunari) membuat seluruh kelas E memiliki misi untuk bisa membunuhnya sebelum hari wisuda mereka tiba. Korosensei tentunya juga masih dalam penjagaan agen pemerintah yang mengurusnya, Tadaomi Karasuma (Shiina) yang juga ditemani guru cantik mantan pembunuh profesional yang sangat ingin membunuh makhluk gurita itu, Mrs. Irina (Ji-Young). Dapatkah murid-murid kelas E membunuh makhluk yang ingin menghancurkan bumi itu yang tidak lain adalah guru mereka sendiri?
Pemeran utama murid disini adalah Nagisa Shiota (Yamada), anak yang termasuk aneh dan pendiam, selalu mencatat apa saja yang penting agar bisa membunuh Korosensei. Seiring berjalannya waktu, beberapa murid yang akan menjadi ikon penting pun masuk dan membuat ramai jajaran murid-murid berbakat pembunuh, sebut saja Karma Akabane (Suda) si licik yang membela murid rendah, artificial intelligence yang kemudian murid kelas E memberi nama Ritsu, dan bahkan seorang anak yang nyaris melebihi Korosensei, Itona Horibe (Kato). Hal ini membuat tensi ketegangan dalam film terus naik ketika semakin banyak rahasia dan penuturan kelemahan Korosensei terkuak. Storyline yang sudah diperpendek dari versi manga maupun anime-nya terbilang rapih dan cukup unik, bahkan makin unik. Terus terang saya sebagai orang yang belum mengikuti cerita manga maupun anime-nya merasa terhibur, meski ada informasi bahwa ceritanya sedikit dirombak dan dipercepat untuk durasi yang terbatas dengan tambahan karakter cewek yang disukai Nagisa di kelas berbeda. Namun rombakan itu tetap tidak mengubah konsep cerita dan bahkan menurut para fans, hasilnya bisa lebih baik ketimbang versi manga maupun animenya.
Mungkin yang sedikit membuat lemah film ini dari segi akting para pemain yang terbilang biasa. Namun sisi lain dari Nagisa yang digadang memiliki bakat alamiah menjadi pemunuh terkadang cukup membuat penonton terintimidasi, membuat penonton bertanya-tanya apa yang akan bocah ini lakukan selanjutnya. Di tambah lagi dengan musik dan lawakan-lawakan unik yang meski tidak membuat penonton tertawa, lawakan ini juga tidak menghancurkan feel dalam film. Pesan moral akan didikan pelajaran dari sang Korosensei-pun menjadi tambahan nilai plus film ini. Tentang bagaimana pentingnya sebuah pengetahuan, pelajaran, pendidikan yang bahkan dikaitkan dengan tema pembunuh. Bahwa menjadi seorang yang jahat ataupun seorang pembunuh yang baik juga setidaknya harus pintar dalam mengolah strategi bahkan membuat rencana cadangan yang paling bisa diandalkan. Akibatnya, para murid bodoh yang malas belajar ini kini menjadi giat belajar dan meraih prestasi mereka di semester pertama ini.
Meski tidak memasang syuting yang back-to-back seperti Rurouni Kenshin, Attack on Titan ataupun Parasyte, bisa di bilang Assassination Classroom hadir dengan film pertama yang memiliki kesan selesai namun bersambung. Mungkin karena studio belum cukup yakin dengan perolehan kesuksesan film ini, namun jika film ini berhasil, maka babak pamungkas yang sudah mendapatkan judul Assassination Classroom 2: Graduation ini rencananya akan dirilis tahun 2016.
No comments:
Post a Comment