Score: 7.5/10
"The Acapella didn't sing an original song." - Riff Off Host
Perpindahan tangan dari Jason Moore, debut pertama Elizabeth Banks menyutradarai film panjang box officenya sebelum 2013 lalu menyutradarai salah satu segmen di "Movie 43". Di adaptasi dari buku karya Mickey Rapkin. Film bertema drama musikal ini membawakan teknik menyanyi Acapella dengan jalinan cerita yang unik, tentunya dengan sudut pandang tokoh utama perempuan. Setelah kesuksesan yang tak terduga dari film pertamanya, Elizabeth Banks yang juga pernah tampil di film pertama ini mengungkapkan ketertarikannya untuk melanjutkan kisah The Barden Bellas, tentunya pihak studio pun segera mendukungnya.
Barden Bellas adalah grup vokal acapella dari Universitas Barden yang telah memenangkan kompetisi acapella Amerika tiga tahun berturut-turut belakangan ini. Karena sebuah insiden, grup ini terancam di bubarkan. Bellas pun berencana memenangkan kompetisi acapella dunia untuk mengembalikan pamor mereka yang kian turun. Namun, menurut sejarah acapella, belum pernah ada grup dari Amerika yang pernah memenangkan kompetisi itu. Bergabungnya Emily (Steinfeld) dalam Bellas di harapkan dapat membawa nuansa baru dalam grup ini. Ibunya, (Sagal) adalah salah satu mantan penyanyi di grup Bellas ini dan menginginkan anaknya juga merasakan keseruan bernyanyi di Bellas. Namun Barden Bellas saat ini sedang dilanda krisis, harmoni mereka pun tidak menyatu, Beca (Kendrick) pemimpin grup ini juga sedang sibuk mengurusi urusan lain dengan bekerja di sebuah studio produksi. Belum lagi Emily yang suka menulis lagu bertolak belakang dengan sifat acapella yang mengharuskan penyanyinya menyanyikan lagu yang memang sudah ada. Di sela-sela persiapan menuju kompetisi dunia, Barden Bellas harus melawan diri mereka sendiri dan menyatukan kembali harmoni mereka agar dapat memenangkan kompetisi, dan tentu saja, mengalahkan Das Sound Machine.
Di garap oleh sutradara berbeda, terlihat jelas perbedaan nuansa antara film pertama dengan film keduanya ini. Di sekuel ini, keseharian hidup dan karakter-karakter Bellas yang "benar-benar perempuan" menjadi titik lebih, karena sang sutradara juga perempuan, pastilah ia mengerti polemik-polemik yang bisa di alami oleh remaja perempuan. Apalagi dengan polemik percintaan. Selain hubungan Beca dengan Jesse yang baik-baik saja, keromantisan hubungan Amy dengan Bumper juga menjadi tambahan bumbu komedi tersendiri untuk film ini, belum lagi ada Emily dengan Benji. Kembalinya Bumper sukses menjadikannya scene stealer yang unik.Pitch Perfect 2 tidak hanya menyuguhkan aksi panggung Acapella yang luar biasa, pembawaan konflik yang dari awal film yang unik, sampai solusi yang di tawarkan pun tidak akan membuat penonton kecewa.
Lagu-lagu populer yang di suguhkan pun merupakan lagu-lagu yang memang pernah menjadi sangat populer pada jamannya. Mudah bagi penonton untuk mengenali lagu-lagu lawas 90an yang juga di suguhkan dalam scene Riff-Off. Das Sound Machine (DSM) memberikan aura intimidasi yang bahkan melebihi Treblemaker dulu pada film pertamanya. Dalam kata lain, DSM memberikan kesan karakter Antagonis yang cukup kuat dan tangguh di film ini. Terus terang, aksi lagu final Barden Bellas memang paling bagus. Lagu ini akan membuat gemetaran dan takjub penontonnya melebihi lagu Final di film pertamanya. Akhir kata, meski banyak yang menilai film pertamanya lebih baik dari sekuel ini, Elizabeth Banks telah membuktikan kepiawaiannya sebagai sutradara untuk membangun image Bellas yang lebih "perempuan" di film keduanya ini.
"The Acapella didn't sing an original song." - Riff Off Host
Perpindahan tangan dari Jason Moore, debut pertama Elizabeth Banks menyutradarai film panjang box officenya sebelum 2013 lalu menyutradarai salah satu segmen di "Movie 43". Di adaptasi dari buku karya Mickey Rapkin. Film bertema drama musikal ini membawakan teknik menyanyi Acapella dengan jalinan cerita yang unik, tentunya dengan sudut pandang tokoh utama perempuan. Setelah kesuksesan yang tak terduga dari film pertamanya, Elizabeth Banks yang juga pernah tampil di film pertama ini mengungkapkan ketertarikannya untuk melanjutkan kisah The Barden Bellas, tentunya pihak studio pun segera mendukungnya.
Barden Bellas adalah grup vokal acapella dari Universitas Barden yang telah memenangkan kompetisi acapella Amerika tiga tahun berturut-turut belakangan ini. Karena sebuah insiden, grup ini terancam di bubarkan. Bellas pun berencana memenangkan kompetisi acapella dunia untuk mengembalikan pamor mereka yang kian turun. Namun, menurut sejarah acapella, belum pernah ada grup dari Amerika yang pernah memenangkan kompetisi itu. Bergabungnya Emily (Steinfeld) dalam Bellas di harapkan dapat membawa nuansa baru dalam grup ini. Ibunya, (Sagal) adalah salah satu mantan penyanyi di grup Bellas ini dan menginginkan anaknya juga merasakan keseruan bernyanyi di Bellas. Namun Barden Bellas saat ini sedang dilanda krisis, harmoni mereka pun tidak menyatu, Beca (Kendrick) pemimpin grup ini juga sedang sibuk mengurusi urusan lain dengan bekerja di sebuah studio produksi. Belum lagi Emily yang suka menulis lagu bertolak belakang dengan sifat acapella yang mengharuskan penyanyinya menyanyikan lagu yang memang sudah ada. Di sela-sela persiapan menuju kompetisi dunia, Barden Bellas harus melawan diri mereka sendiri dan menyatukan kembali harmoni mereka agar dapat memenangkan kompetisi, dan tentu saja, mengalahkan Das Sound Machine.
Di garap oleh sutradara berbeda, terlihat jelas perbedaan nuansa antara film pertama dengan film keduanya ini. Di sekuel ini, keseharian hidup dan karakter-karakter Bellas yang "benar-benar perempuan" menjadi titik lebih, karena sang sutradara juga perempuan, pastilah ia mengerti polemik-polemik yang bisa di alami oleh remaja perempuan. Apalagi dengan polemik percintaan. Selain hubungan Beca dengan Jesse yang baik-baik saja, keromantisan hubungan Amy dengan Bumper juga menjadi tambahan bumbu komedi tersendiri untuk film ini, belum lagi ada Emily dengan Benji. Kembalinya Bumper sukses menjadikannya scene stealer yang unik.Pitch Perfect 2 tidak hanya menyuguhkan aksi panggung Acapella yang luar biasa, pembawaan konflik yang dari awal film yang unik, sampai solusi yang di tawarkan pun tidak akan membuat penonton kecewa.
Lagu-lagu populer yang di suguhkan pun merupakan lagu-lagu yang memang pernah menjadi sangat populer pada jamannya. Mudah bagi penonton untuk mengenali lagu-lagu lawas 90an yang juga di suguhkan dalam scene Riff-Off. Das Sound Machine (DSM) memberikan aura intimidasi yang bahkan melebihi Treblemaker dulu pada film pertamanya. Dalam kata lain, DSM memberikan kesan karakter Antagonis yang cukup kuat dan tangguh di film ini. Terus terang, aksi lagu final Barden Bellas memang paling bagus. Lagu ini akan membuat gemetaran dan takjub penontonnya melebihi lagu Final di film pertamanya. Akhir kata, meski banyak yang menilai film pertamanya lebih baik dari sekuel ini, Elizabeth Banks telah membuktikan kepiawaiannya sebagai sutradara untuk membangun image Bellas yang lebih "perempuan" di film keduanya ini.
No comments:
Post a Comment