Thursday, 7 July 2016

The Finest Hours

Score: 6.8/10
"We can't leave them alone. that boat would sink. We all live or we all die. Right?" - Bernie Webber

Diangkat dari kisah nyata tentang penyelamatan kru kapal tanker menggunakan perahu kecil pada tahun 1952. Yang menjadi spesialnya adalah ketika jumlah kru yang diselamatkan nyatanya melebihi muatan seharusnya yang bisa dimuat perahu kecil tersebut, ditambah lagi dengan kondisi badai laut yang luar biasa menjadikan peristiwa pada tanggal 28 Februari 1952 ini sebagai penyelamatan dengan kapal kecil terhebat dalam sejarah penjaga pantai. Peristiwa itu kemudian dijadikan sebuah buku yang ditulis oleh Casey Sherman dan Michael J. Tougias diangkat dalam film layar lebar oleh Disney dengan memilih Craig Gillespie sebagai Nakhkoda film ini. Nama yang sudah tidak asing pun mulai menghiasi poster film ini seperti terlibatnya Chris Pine sebagai pemeran utama, Casey Affleck, Ben Foster, dan Eric Bana. Salah satu film live-action Disney yang pertama rilis tahun 2016 ini.

Bernie (Pine) sangat ingin menikahi Miriam (Grainger) yang padahal baru saja ia kenal selama 4 bulan. Untuk formalitas, Bernie harus meminta izin pada bos nya, Cluff (Bana) dimana ia bekerja disana sebagai penjaga pantai. Musim itu adalah musim dingin dengan badai yang luar biasa. Sebelum sempat bertemu kembali dengan Miriam untuk mengkonfirmasi pernikahannya, Bernie menerima tugas untuk menyelamatkan kru kapal tanker di tengah badai lautan dengan hanya menggunakan perahu kecil. Maka bersama dengan Richard (Foster), Fitzgerald (Gallner) dan Ervin (Magaro) berangkat menuju lokasi bencana nyali yang besar melintasi badai lautan. Sementara itu, kru kapal tanker yang selamat masih berusaha bertahan hidup. Dengan kepemimpinan Sybert (Affleck) para kru berusaha mengarahkan kapal yang sudah terbelah dua tersebut menuju dermaga pulau sambil berpacu pada waktu sebelum lambung kapal yang bocor berhasil memenuhi ruang mesin seutuhnya. Masalah semakin pelik ketika tim penyelamat hanya membawa kapal kecil yang kelihatannya tak sanggup memuat korban yang selamat. Dapatkah Bernie menyelamatkan kru kapal tanker tersebut dan kembali dengan selamat untuk menikahi Miriam?



Dari segi cinematografi dan special effect, film ini berhasil menyajikan situasi musim dingin yang luar biasa indahnya. Sisi ketegangan dalam misi penyelamatan lebih dikurangi dan tergantikan dengan jalinan dramatis dalam ironi batin Bernie itu sendiri. Dilain tempat, tampaknya karakter Sybert dan Bernie memiliki deskripsi sifat yang nyaris sama. Bernie adalah tipe pria yang sedikit kaku dalam berkata-kata, sedangkan Sybert sama patuhnya dengan Bernie, namun ia lebih memiliki rasa percaya diri dan kepemimpinan yang lebih berani dari Bernie. Keduanya memiliki pribadi baik dalam menyampaikan pesan moral utama dari film ini yang layak ditiru oleh penonton kalangan usia remaja sampai dewasa muda. Pesan moral yang bisa saya tangkap tersebut antara lain adalah 'Bahwa dalam situasi darurat, kau tetap harus memiliki kepercayaan, keberanian dan rasa kemanusiaan untuk menolong sesama yang kuat'.



Nilai lebih yang lainnnya adalah Scoring yang ampuh menyentuh hati. Jika anda lebih cermat tentang film ini, apa yang membuat akhir film begitu sedih? apakah adegan? ataukah chemistry antara Chris Pine dan Holliday Grainger? yang terjadi pada saya justru adalah scoringnya yang indah. Tak hanya itu, selama perjalanan awal film sampai dengan akhir, musik latar yang disajikan terasa menyatu dengan pesan yang ingin disampaikan The Finest Hours.




Mari lihat pada sisi storylinenya. Konflik yang dibangun sedari awal sebenarnya sudah cukup kuat. Hubungan antara Bernie dan Miriam rasa nya tidak terlalu banyak masalah. Justru hubungannya dengan teman-temannya (sesama penjaga pantai) lah yang menjadi ironi dalam film. Bernie dipandang tidak tegas dan berani sebagai seorang pria dan hanya mengikuti instruksi ataupun perintah-perintah yang ada. Karena terlalu patuh itulah ia dinilai lemah oleh teman-temannya. Ditempat lain, Sybert yang kurang percaya diri harus meraih kepercayaan kru yang selamat agar mau mengikuti perintahnya untuk dapat selamat dari bencana tersebut.


Yang sangat kurang dari film ini adalah nuansa aksi penyelamatan dan beberapa chemistry antar karakter yang tidak terjaga kualitasnya. Pada keberangkatan Bernie dalam melawan ombak dinilai tidak se 'wah' In the Heart of The Sea yang sama-sama mengangkat tema badai laut. Begitupula dengan perjalanan pulang menuju dermaga yang terasa biasa saja meski mereka kehilangan kompas. Padahal penghargaannya adalah 'penyelamatan dengan kapal kecil terhebat', namun dari sisi kuota dalam berat kapal yang seharusnya kelebihan beban malah sama sekali tidak ada masalah. Sayang sekali dalam perjalanan pulang pun badai sudah surut, hal ini mengakibatkan kurangnya nuansa mencekam yang seharusnya berpotensi lebih dalam agar penyelamatan itu memiliki ironi yang lebih dramatis.


Overall, film ini tidak buruk. Pesan moral yang ingin disampaikan dari kisah nyata ini benar-benar berharga. Dan Disney talah menilai peristiwa yang berharga ini sangat tepat untuk dijadikan sebuah film adaptasi. Kerjasama antar kru kapal tanker yang selamat dalam mengendalikan kapal adalah salah satu contoh scene terbaik dalam film ini. Terakhir, meski dalam penceritaannya masih cenderung realistis (dalam artian tidak terlalu banyak menambahkan detail-detail fiksi untuk lebih memaniskan film ini), The Finest Hours adalah film penyelamatan dengan pesan moral tinggi yang sayang jika anda lewatkan.


No comments:

Post a Comment