Score: 6.5 / 10
"Every night the battle between chaos and creation must go on, otherwise the world will be destroyed. For you see, there are worse things than Set." - Ra
Alex Proyas kembali menangani proyek besar sebagai sutradara setelah absen 7 tahun lamanya dengan karya terakhir Knowing yang telah sukses dibintangi oleh Nicolas Cage. Sutradara yang angkat nama lewat i,Robot ini kembali menyajikan film dengan nuansa gemerlap CGI berwarna emas berlatar belakang mitologi dewa-dewi mesir. Menarik artis muda berbakat, Brenton Thwaites (The Giver, Maleficent) setidaknya akan menjadi ajang kedua aktor muda ini didaulat menjadi pemeran utama dalam sebuah film blockbuster. Tak hanya itu, studio rupanya menggaet artis yang baru juga angkat nama lewat perannya sebagai Black Panther dalam Marvel Cinematic Universe, Chadwick Boseman sebagai dewa pengetahuan dan kebijaksanaan, serta Gerard Butler yang telah berpengalaman dalam dunia perfilman bergenre action. Ditulis oleh Matt Sazama dan Burk Sharpless berdasarkan karakter-karakter eksentrik mitologi mesir, film ini akan menghadirkan aksi memukau para dewa-dewi berdarah emas dengan bentuk CGI yang tentunya akan menyilaukan mata anda.
Horus (Coster-Waldau) akan diangkat sebagai pemimpin umat manusia menggantikan sang ayah, Osiris (Brown). Ditengah acara pelantikan, sang paman Set (Butler) cemburu akan kekuasaan yang Osiris berikan kepada sang anak yang ia rasa belum pantas mendapatkan tahta tersebut. Maka Set pun menantang Horus berduel dan berhasil mengambil mata Horus beserta membunuh sang ayah. Beberapa waktu berlalu, Bek (Thwaites) adalah pencuri ulung. Kekasihnya, Zaya (Eaton) bekerja pada arsitek kaki tangan Set, Urshu (Sewell) yang membantu Set membangun gedung-gedung beserta tempat dimana mata Horus disimpan. Bek kemudian mencuri mata tersebut untuk diberikan kepada Horus agar pemerintahan tirani Set dapat dijatuhkan. Naasnya, Zaya terancam mati karena ulah Urshu. Horus dengan Bek kemudian membuat perjanjian yang mana Horus harus menyelamatkan kekasih Bek tersebut dan bekerjasama dengan pencuri ini dalam petualangan mereka untuk merebut kembali tahtanya.
"Every night the battle between chaos and creation must go on, otherwise the world will be destroyed. For you see, there are worse things than Set." - Ra
Alex Proyas kembali menangani proyek besar sebagai sutradara setelah absen 7 tahun lamanya dengan karya terakhir Knowing yang telah sukses dibintangi oleh Nicolas Cage. Sutradara yang angkat nama lewat i,Robot ini kembali menyajikan film dengan nuansa gemerlap CGI berwarna emas berlatar belakang mitologi dewa-dewi mesir. Menarik artis muda berbakat, Brenton Thwaites (The Giver, Maleficent) setidaknya akan menjadi ajang kedua aktor muda ini didaulat menjadi pemeran utama dalam sebuah film blockbuster. Tak hanya itu, studio rupanya menggaet artis yang baru juga angkat nama lewat perannya sebagai Black Panther dalam Marvel Cinematic Universe, Chadwick Boseman sebagai dewa pengetahuan dan kebijaksanaan, serta Gerard Butler yang telah berpengalaman dalam dunia perfilman bergenre action. Ditulis oleh Matt Sazama dan Burk Sharpless berdasarkan karakter-karakter eksentrik mitologi mesir, film ini akan menghadirkan aksi memukau para dewa-dewi berdarah emas dengan bentuk CGI yang tentunya akan menyilaukan mata anda.
Horus (Coster-Waldau) akan diangkat sebagai pemimpin umat manusia menggantikan sang ayah, Osiris (Brown). Ditengah acara pelantikan, sang paman Set (Butler) cemburu akan kekuasaan yang Osiris berikan kepada sang anak yang ia rasa belum pantas mendapatkan tahta tersebut. Maka Set pun menantang Horus berduel dan berhasil mengambil mata Horus beserta membunuh sang ayah. Beberapa waktu berlalu, Bek (Thwaites) adalah pencuri ulung. Kekasihnya, Zaya (Eaton) bekerja pada arsitek kaki tangan Set, Urshu (Sewell) yang membantu Set membangun gedung-gedung beserta tempat dimana mata Horus disimpan. Bek kemudian mencuri mata tersebut untuk diberikan kepada Horus agar pemerintahan tirani Set dapat dijatuhkan. Naasnya, Zaya terancam mati karena ulah Urshu. Horus dengan Bek kemudian membuat perjanjian yang mana Horus harus menyelamatkan kekasih Bek tersebut dan bekerjasama dengan pencuri ini dalam petualangan mereka untuk merebut kembali tahtanya.
Film dibuka dengan memperkenalkan karakter utama, Bek si pencuri dengan kekasihnya Zaya yang hendak akan menghadiri penobatan Horus sebagai pemimpin. Aksi utama yang dilatarbelakangi oleh kecemburuan Set akan kekuasaan Osiris memang cukup kuat untuk membuat Horus merasakan derita yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Ditambah lagi, karakter Horus yang belum sebijaksana sang ayah memang pantas dijadikan tumpuan pondasi awal bagaimana karakter ini bisa merubah sifatnya menjadi lebih baik serta memulai petualangan untuk menjadi lebih kuat dari sebelumnya.
Karakter Bek dinilai cukup unik. Pencuri yang berani serta setia kepada sang kekasihnya itu pun bersikeras dengan tidak hanya melihat Horus sebagai Dewa, namun juga seorang Dewa yang memang belum layak untuk ia hormati. Tindakan beraninya untuk menentang dan membuat perjanjian dengan anak Dewa Osiris tersebut ternyata menuntunnya untuk menjadi seorang teman yang sangat berarti bagi Horus nantinya.
CGI sangat terlihat spesial disini. Banyak warna kilauan emas yang memanjakan mata. Apalagi bentuk asli para dewa yang seakan-akan berubah menjadi robot monster itu memiliki desain yang baik dan tentu saja menarik. Penggabungan elemen-elemen penting yang menjadi sumber kekuatan beberapa Dewa yang diangkat dalam film ini pun tak kalah logis dan menarik seperti apa yang memang ada dalam sumber mitologi tersebut. Meski begitu, sangat disayangkan jika Apophis (monster legendaris, musuh dari para dewa-dewi Mesir) sudah dikeluarkan sebagai ancaman yang malah berakhir dengan aksi yang gitu-gitu aja (kurang menarik). Begitupula dengan kekuatan Ra (Dewa matahari sekaligus ayah dari Osiris dan Set) untuk mengakhiri film ini agar berada dalam derajat Happy Ending.
Overall, meski jalinan kisah dan akting dari para aktornya malah cenderung biasa saja (sebenarnya peran Chadwick Boseman sebagai Thoth terasa cukup menarik, sayang hanya tampil sebentar saja), Gods of Egpyt cocok menjadi film untuk para audiens yang mungkin belum cukup mengerti akan mitologi mesir. Film ini akan mengajarkan anda tentang silsilah karakter beserta masalah-masalah utama yang memang telah lama ada dalam kisah orisinal dongeng dari negeri pasir tersebut. Ditambah lagi, sajian kelap-kelip keemasan buatan CGI nya pun cukup keren untuk referensi desain karakter monster mitologi lama yang seakan dibawa kembali pada zaman post modern ini.
No comments:
Post a Comment