Tuesday 8 December 2015

Mr. Holmes

Score: 6.8/10
"Exceptional children are often the product of unremarkable parents." - Sherlock Holmes

Pemanasan dari Bill Condon sebelum ia mulai menyutradarai Beauty & The Beast. Masih menceritakan tentang Detektif terkenal dari London pada abad pertengahan. Berbeda dengan versi Robert Downey maupun Benedict Cumberbatch, Mr. Holmes yang juga dimainkan oleh aktor kenamaan Marvel sebagai Magneto dalam X-Men ini, Ian McKellen akan memerankan Sherlock Holmes saat usianya sudah tua. Cerita dalam film tersebut ternyata adalah sebuah adaptasi dari novel A Slight Trick of The Mind karangan Mitch Cullin.

Mr. Sherlock Holmes (McKellen) telah pensiun dari rutinitasnya menjadi seorang detektif. Namun, dimasa tuanya ini, ternyata ia masih dibayangi oleh kasus terakhirnya yang ia lupakan. Meski kasus tersebut telah ditulis oleh sahabatnya kedalam buku, namun yang ditulis John Watson nyatanya bukanlah misteri sebenarnya. Hal ini membuatnya harus mengingat kembali kasus tersebut dan menulis kisah sebenarnya sebelum ia meninggal. Hari itu, seorang suami, Thomas Kelmot (Kennedy) melaporkan adanya praktik ilmu hitam yang dilakukan seorang guru Armonika, Madame Schimer (de la Tour) kepada istrinya, Ann Kelmot (Morahan). Nyatanya, masalah tersebut bukan datang dari Madame Schimer, namun justru antara Ann dan Thomas itu sendiri. Sembari mengingat kembali ingatannya tentang kasus tersebut, Holmes juga mencari tanaman Prickly Ash sebagai obat kepikunannya yang hanya bisa ia dapatkan di Jepang dengan bantuan temannya, Tamiki Umezaki (Sanada). Namun kesendirian masa tua Holmes tidaklah lengkap jika ditemani Mrs. Munro (Linney) sebagai housekeeper dan anaknya yang serba ingin tahu, Roger (Parker) membantunya untuk merawat Lebah madu yang Holmes pelihara. Holmes akan merasa sangat bersalah jika ia tidak bisa kembali mengingat kasus terakhirnya tersebut.




Di kemas dalam back-to-back action. Perjalanan Mr.Holmes dalam menelusuri kasus terakhirnya diceritakan dengan pace lambat namun pasti. Begitupula twist lainnya yang disajikan dengan baik. Mulai dari hubungan ayah Tamiki Umezaki dengan Holmes yang sayangnya juga ia lupakan, Roger dengan Mr.Bond yang bagaikan kakek dan cucunya, serta kebimbangan hati Mrs. Munro yang selalu ingin pindah ke Portmound. Semua hal itu sebenarnya cukup mendukung untuk mengangkat derajat keseruan film ini.


Namun hasilnya adalah, mungkin sedikit mengecewakan. Di pertengahan film, beberapa penonton mungkin akan merasa mengantuk dan bosan. Mungkin salah satu kelemahan film ini adalah kurangnya penyajian adegan pembukaan yang dapat mengundang tanda tanya penonton lebih dalam agar mereka mau mengikuti jejak kasus terakhir Mr.Holmes ini. Contohnya, mungkin bisa saja dibuka dengan Mr.Holmes yang bermimpi buruk dengan seorang perempuan (Ann) yang menabrakkan dirinya ke kereta, ditambah dengan bayangan permainan armonika yang memainkan musik merdu nan mencekam. Yah, seandainya saja. Hal di awal-lah yang tampaknya gagal membangun rasa penasaran para audiens hingga dalam pertengahan film akan terkesan bosan.


At last. Dari sekian banyak film Sherlock Holmes, mungkin ini pertama kalinya tokoh rekaan Sir Arthur Conan Doyle ini memperoleh adaptasi film dengan Holmes berusia tua. Tak banyak yang bisa dikatakan untuk film ini. Terus terang, akting dan storylinenya sudah tergarap dengan baik, namun penyajiannya mungkin agak sedikit mengecewakan untuk penonton umum.


No comments:

Post a Comment