Sunday 1 January 2017

Cek Toko Sebelah

Score: 8.0
"Papa ga butuh kamu sukses ke luar negeri, papa butuhnya kamu disini. Ngurusin apa yang mama dan papa bangun dari nol." - Koh Afuk.

Karya penyutradaraan Ernest yang kedua. Komika berdarah Tionghoa ini kembali mengangkat plot kisah yang tak jauh dari kehidupan sehari-hari masyarakat minoritas di Jakarta. Bedanya, jika Ngenest mengangkat sebuah pendirian seseorang untuk kehidupan cintanya, maka Cek Toko Sebelah mengangkat kisah hubungan seorang anak dengan ayahnya berbekal komedi serta kekentalan emosi yang dalam. Tak lupa pula mengajak teman-teman komika-nya untuk tak hanya sekedar tampil di film ini, Pria yang baru saja meraih penghargaan "Debut Sutradara Terbaik" dalam Piala Maya 2016 ini juga mengajak aktor-aktor yang namanya sudah lebih berpengalaman dalam dunia akting, sebut saja Dion Wiyoko dan Adinia Wirasti, juga mengajak kembali The Overtunes untuk mengisi jajaran Soundtrack-nya bersama dengan GAC.

Koh Afuk (Chew Kin Wah) sudah mulai sakit-sakitan. Ayah dua anak ini kemudian memutuskan untuk segera pensiun dari kepengurusan toko yang ia bangun bersama dengan istrinya yang telah lama tiada itu. Maka ia memutuskan untuk menyerahkan toko tersebut pada Erwin (Ernest Prakasa), anak bungsu yang karirnya sedang mulai menanjak pesat. Yohan (Dion Wiyoko) sebagai anak sulung tentu saja kurang menerima keputusan ayahnya tersebut lantaran kehidupan anak pertama tersebut sangat berbanding terbalik dengan adiknya. Ditambah lagi, ketidaksukaan sang ayah akan pernikahannya dengan Ayu (Adinia Wirasti) juga menambah masalah hubungan ayah-anak ini semakin rentan. Di sisi lain, Erwin yang selalu sibuk dengan pekerjaannya mendapatkan kesempatan mencicipi tugas ayahnya sebagai pengurus toko selama sebulan. Namun sang kekasih, Natalie (Gisella Anastasia) sangat khawatir jika Erwin akan lebih memilih toko tersebut daripada meneruskan karirnya yang sedang cerah.

Bukan hanya berhasil menghasilkan sebuah film yang benar-benar berbeda dari film sebelumnya, namun koh Ernest juga dapat memadukan unsur komedi yang tak mengganggu drama utama film ini. Keputusannya memilih GAC dan The Overtunes agar membuat 5 lagu untuk setiap adegan penting dalam film memanglah tepat. Terbukti bahwa satu kesatuan lagu lebih berhasil mengaduk-aduk perasaan penonton daripada hanya sekedar scoring belaka. Setiap tembang yang dibuat oleh mereka juga terdapat lirik-lirik indah yang bercerita tentang masalah yang sedang dihadapi keluarga Koh Afuk ini.

 

Dari segi akting, karakter Yohan dan Ayu inilah yang paling terasa chemistry-nya. Yohan yang cepat marah dengan Ayu yang penyabar memang sangat cocok dipadukan. Ditambah lagi, kisah cinta rumah tangga mereka beserta problematika kehidupannya juga akan mengajarkan penonton untuk mensyukuri nikmat yang ada. Bahwa hidup di kelas bawah pun bisa dijadikan lebih indah. Belajar untuk menerima, serta berbekal kepercayaan dan kesabaran lah yang dapat menyatukan mereka berdua.

Mari bicara tentang Erwin. Karir sukses, percaya diri, kelas-nya berada jauh diatas Yohan. Nah, seiring berjalannya waktu, Erwin harus sadar bahwa membanggakan orang tua tidak harus dengan karir yang melejit sukses. Keinginan Koh Afuk agar Erwin menjadi penerus sang ayah pun menjadi sebuah problematika yang tak bisa Erwin tolak. Ditambah lagi sang kekasih Natalie tentunya sangat tidak ingin karir Erwin hancur karena hal tersebut. Namun sebulan mengurusi toko rupanya menyadarkan Erwin bahwa bahagia pun bisa didapat dari hal-hal kecil di toko tersebut. Termasuk melihat sang ayah bahagia.


Selanjutnya, tentu saja hubungan kakak beradik yang semakin menjauh ini juga menjadi masalah. Karena itulah sang sutradara yang merangkap sebagai penulis ini juga menyajikan sekuens khusus yang membuat Yohan dan Erwin dapat saling mengerti dan akur kembali. Di sisi lain, pesan moral yang bisa didapat dari film ini tidak hanya terletak dari sudut pandang kebaktian seorang anak untuk membuat ayahnya bahagia. Bahkan karakter Koh Afuk yang terlihat tidak akur dengan Yohan pun dapat menjadi teladan yang baik bagi orang tua. Orang tua mana yang tega melihat anaknya hidup dalam kesulitan? tentu saja Koh Afuk masih mau mengerti dan membantu sang anak Sulung di saat ia masih sulit. Bahkan tidak tanggung-tanggung untuk meminta maaf pada sang anak untuk mengakui kesalahannya sebagai seorang ayah.


Sisi komedi tidak jauh berbeda dengan film sebelumnya. Beberapa dialog memang berhasil membuat banyak penonton tertawa, namun beberapa komedi yang flat pun rupanya tak begitu mengganggu. Mungkin karakter yang dimainkan Ernest juga tidak jauh dari kepribadiannya sendiri sehingga saya kurang merasakan bagaimana karakter Erwin dibawakan. Yang terasa masih "Ernest" didalam Erwin, bukan sebaliknya. Bagaimanapun juga, dua kekurangan yang saya sebutkan tersebut bisa jadi berbeda dengan opini orang lain. Namun, hal ini tentu saja tidak mengurangi kualitas film yang menurut saya malah lebih berfokus pada dilema karakter Koh Afuk dan Yohan itu sendiri.

Overall, jika mau dibandingan dengan debutnya dalam Ngenest, dari segi kualitas dan keseluruhan cerita beserta relasinya yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, tentu saja Cek Toko Sebelah telah jauh melampaui batas film sebelumnya. Sang komika ini rupanya benar-benar belajar dan mau ber-observasi lebih giat dalam membangun sebuah plot yang dapat mengaduk-aduk emosi penonton. Bagaimana tidak, jarang sekali melihat film komedi keluarga yang dapat membuat penontonnya berharu biru. Justru sebaliknya, ini adalah film drama yang menjadikan komedi sebagai pemanisnya. Penonton akan dibuat mengerti dan sadar akan pentingnya sebuah kebahagiaan, termasuk kesempatan untuk membuat bahagia orang yang kita sayangi, yaitu orang tua, selagi mereka masih ada.


No comments:

Post a Comment